•Bukan Pura-Pura•

10 4 0
                                    

"Pagi, Rin," sapa Raya.

Raya adalah teman sebangku Karin. Bisa dibilang, ia adalah satu-satunya siswi yang paling nekat untuk sering berhadapan dengan Karin.

Karin hanya menjawab dengan gumaman singkat.

"Lo gak mau minta oleh-oleh dari gue gitu?" tanya Raya sembari memamerkan beberapa suvenir di tangannya. Kemarin memang Raya pergi ke Malang dalam rangka pernikahan kakaknya.

"Lo tau gue gak suka begituan." Karin menjawab dengan malas.

Raya tertawa.

"Lo tenang aja, gue bawa banyak camilan kok." Raya menepuk-nepuk totebag miliknya yang penuh dengan makanan ringan.

Karin tersenyum puas. "Pinter."

"Temen-temen, langsung ke lapangan aja, ya," ujar Ketua Kelas dari arah pintu kelas.

"Siaap," balas Raya bersemangat.

Semua anak kelas 11 IPS 3 menuju ke lapangan depan untuk mengikuti mata pelajaran penjaskes. Sudah ada guru penjaskes dan ketua kelas di sana.

Setelah semua sudah berkumpul, mereka segera membentuk barisan untuk melakukan pemanasan. Setelah itu, mereka berlari dengan tertib dan memulai materi hari ini, yaitu permainan bola basket.

Terdapat empat kali pertandingan. Dua kali untuk tim siswa dan dua kali untuk tim siswi.

Semua berjalan dengan lancar meski hasilnya tiap tim masing-masing mendapat satu poin. Dalam artian seri. Sampai akhirnya terjadi perselisihan antara Karin dan Feli.

"Aaa," pekik Feli yang bahunya terkena bola basket. Ia menoleh ke arah siapapun yang mungkin melempar bola itu. Pandangannya langsung tertuju ke arah Karin.

Feli mendekati Karin, disusul oleh Zaza dan juga Mona.

"Lo sengaja lempar bola ke gue?" Feli menatap Karin kesal.

"Emm ... maaf, gue gak sengaja," ujar Karin dengan wajah datar.

Karin tidak berbohong. Ia memang tidak berniat melempar bola ke arah Feli tadi.

"Alah, bilang aja lo sengaja!" Feli tidak percaya.

"Gue udah bilang gak sengaja. Lagian, salah lo sendiri ngapain berdiri di deket ring basket." Karin tetap menunjukkan wajah datarnya.

Feli berkacak pinggang. "Lo ada masalah apa, sih, sama gue?"

"Gue udah bilang gak sengaja. Lo tuli?" tanya Karin.

Bug!

Satu pukulan mendarat di wajah Karin. Para siswi menjerit melihatnya.

Karin mengangkat alisnya. Ia sudah bersiap membalas pukulan itu, tetapi Raya sudah lebih dulu menariknya menjauh.

"Udah, Rin!" seru Raya.

"Dia yang mulai duluan." Karin menunjuk ke arah Feli.

Feli yang tidak terima dirinya disalahkan langsung menyahut. "Lo yang mulai!"

"Ada apa ini?" tanya Pak Rio, guru penjaskes, yang baru saja datang. Tadi ia berbincang-bincang dengan satpam sekolah di pos satpam. Setelah mendengar suara keributan para siswi, ia berlari menuju lapangan basket. Membuat para siswa yang sedang bermain futsal juga ikut menuju lapangan basket.

"Nggak ada apa-apa kok, Pak," balas Raya.

"Beneran?" tanya sang Guru memastikan.

Raya mengangguk mantap. Ia tidak ingin masalah ini diperpanjang.

JUST BEING ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang