•Berawal di Pasar•

3 0 0
                                    

"Rin, temenin gue ke pasar, yuk!" ajak Tira.

Karin yang sedang membaca komik bergenre fantasi menoleh pada sang Kakak.

"Sekarang?" Karin mengangkat sebelah alis.

"Gak, sepuluh taun lagi," balas Tira.

Karin mengangguk, lalu kembali fokus pada bacaannya.

"Ya sekarang lah, Karin. Subhanallah." Tira mengusap dada tidak habis pikir.

"Oo, bilang dong." Karin segera menaruh ponselnya, lalu mengambil hoodie dan celana jeans. Tidak lupa ia mengambil beberapa lembar uang dari dompetnya.

Keduanya bergegas menuju pasar tradisional. Di sana, mereka membeli beragam kebutuhan sehari-hari. Mulai dari gula, bumbu dapur, sayuran, lauk, hingga buah-buahan.

Namun, di tengah berbelanja, tiba-tiba ponsel Tira berdering. Menandakan ada sebuah telepon masuk.

"Halo, kenapa, Ta?" tanya Tira.

...

"Harus sekarang banget?" Tira menunjukkan raut wajah jengkel.

...

"Oke, jemput gue di pasar M sekarang."

Tira menutup panggilan itu. Ditatapnya sang Adik yang juga sudah menatapnya sedari tadi.

"Rin, sorry banget nih. Gue ada rapat sekarang. Dasar si Livi, suka banget ngadain rapat dadakan. Gue duluan, ya. Ini belanjaannya lo bawa. Jangan lupa tahu sama telurnya," pinta Tira sembari menyerahkan barang belanjaan pada Karin.

"Iya." Karin menatap Tira yang mulai menjauh dengan wajah datar.

Baru saja Karin berbalik arah, Tira kembali padanya sembari menenteng kunci motor.

"Ini, lo yang bawa." Tira berbalik arah setelah menyerahkan kunci motor itu pada adiknya.

Karin mengangguk. "Makasih."

Lalu, Karin bergegas menuju pedagang tahu dan telur. Setelah selesai, Karin kembali menuju tempat parkir motornya sembari menenteng plastik belanjaan yang cukup banyak.

Karin mengedarkan pandangan. Ia memicingkan mata saat melihat Bila di kejauhan yang sedang celingak-celinguk seperti orang hilang.

Karin melajukan motor mendekati Bila.

"Bila? Lo ngapain?" tanya Karin.

Bila mengerjapkan mata. "Eh, Kak Karin?"

"Ini, Kak. Tadi Bila belanja dianterin Kak Vano, tapi pas Bila udah selesai belanja, eh dianya ilang," jelas Bila.

Karin mengerutkan alis. "Bisa-bisanya tuh anak. Ya udah, lo bareng gue aja. Tapi gue ke rumah dulu, naruh belanjaan."

"Gak apa-apa nih? Makasih, ya, Kak." Bila tersenyum.

Karin mengangguk. Ia mengambil beberapa kantong belanjaan Bila dan menaruhnya di motor.

"Kakak beneran baik banget, ya. Waktu itu bantuin Bila bawa buku, sekarang bantuin bawain belanjaan," gumam Bila tanpa sadar ketika dirinya sudah berada di atas motor.

"Kebetulan aja gue lagi liat. Ya udah gue bantu," sahut Karin.

"Eh?" Bila tidak menyangka kakak kelasnya ini akan mendengar. Namun, Karin segera melajukan motornya tanpa berbicara lagi.

Sesampainya di rumah, Karin mengajak Bila masuk ke dalam. Namun, gadis itu menolak dan memilih untuk duduk di teras saja.

"Oke. Lo duduk dulu, ya. Gue mau naruh belanjaan bentar," ujar Karin.

JUST BEING ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang