Karin berjalan di koridor sekolah dengan santai. Saat melewati ruang guru, ia melihat Vano yang sedang duduk di kursi panjang.
Tepat saat Karin berada di depannya, Vano berdiri. Ia memberikan sebuah senyuman lebar.
"Pagi, Rin," sapa Vano.
"Lo ngapain pagi-pagi duduk di sana?" Karin tidak menggubris sapaan Vano.
"Nungguin lo dateng," balas Vano enteng.
Vano menoleh pada Karin. "Lo udah sarapan, 'kan?"
"Udah." Karin menjawab cuek.
Vano tersenyum. "Syukur deh, gue gak suka liat lo sakit kayak kemarin."
Karin hanya bergumam singkat. Tidak ada lagi obrolan setelah itu. Mereka berdua berjalan dalam keheningan sampai tiba di kelas.
"Uwu, couple goals kita udah dateng nih." Rian menyambut Karin dan Vano antusias.
"Couple goals your eyes." Karin menatap Rian sinis.
"Aamiinin aja," celetuk Vano.
Rian tertawa. "Aamiin, Bro. Btw, syukur deh lo udah sembuh, Rin. Gue gak boong waktu bilang lo serem kemarin."
"Lebih serem lagi penunggu kelas ini," balas Karin.
Rian mengerutkan alisnya. "Emang lo udah pernah liat, Rin? Serem gak?"
Karin tidak menanggapi pertanyaan Rian. Justru Vano yang menjawabnya.
"Serem banget sumpah. Mau gue panggilin sekarang? Khusus buat lo," ujar Vano dengan raut wajah serius.
"Eh, jangan! Gak usah, gak apa-apa. Gue masih pengen sekolah di sini tanpa gangguan," ucap Rian. Ia sedikit merasa ngeri dengan perkataan Vano barusan.
"Mending gue nyanyi aja deh." Rian mengeluarkan ponselnya, lalu menjadikannya mic jadi-jadian.
"Kasihku sampai di sini kisah kita. Jangan tangisi keadaannya. Bukan karena kita berbeda."
Ini anak lagunya sedih mulu. Heran gue. Padahal tiap hari cengengesan, tapi kalo udah nyanyi bawaannya jadi sadboy mulu. Karin menatap Rian tidak habis pikir.
Telinga Karin teralihkan oleh suara cempreng Feli. Ia mencari keberadaan perempuan itu. Didapatinya Feli bersama dua anteknya sedang mengelilingi meja Damar.
Karin menghela napas. Apa lagi kali ini?
"Lo tuh miskin. Gak usah sok-sok gaya pake jam tangan segala!" Feli memegang tangan kanan Damar.
"Tapi ini keliatannya asli, Fel." Mona mencermati jam tangan yang terpasang di tangan Damar.
"Ya iya lah. Ini pasti hasil dari nyuri. Ngaku lo!" tuduh Zaza.
Feli tertawa sinis. "Mana mungkin orang miskin kayak dia bisa beli jam tangan ori."
Damar menunduk. Ia bingung harus menjawab apa.
Perlahan, Karin berjalan mendekati mereka berempat. Ia menatap Feli, Zaza, dan Mona remeh.
"Mau jam tangan itu asli kek, palsu kek, apa urusannya sama kalian, sih?" tanya Karin.
"Ya masalah dong. Orang miskin kayak dia gak pantes make jam tangan mahal kayak gitu," ujar Feli sengit. "Ngaku, nyuri di mana lo?"
Karin mengangkat alis. "Dengan gampangnya lo nuduh orang sembarangan. Lo sekolah tapi kelakuan kayak gak pernah sekolah tau gak, sih?"
"Bilang apa lo barusan? A-"
"Selamat pagi, semuanya," sapa Bu Nera yang baru saja datang. Semua siswi itu pun kembali ke tempat duduk masing-masing.
![](https://img.wattpad.com/cover/260022826-288-k147022.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST BEING ALONE
Novela JuvenilIni tentang Karin, seorang siswi SMA yang sudah muak dengan semua orang, terutama keluarganya sendiri. Ia hanya ingin hidup tenang dengan jalan hidup yang dipilihnya. Tanpa gangguan dan kekangan. Bukan. Karin bukan gadis cantik dan baik hati yang di...