"Karin, bangun!" bentak Tira.
Karin masih setia meringkuk di atas tikar.
Karena gemas, Tira mengambil botol minumnya, lalu mulai menyiramkannya tepat di wajah sang Adik.
"Dingin!" Karin berteriak marah saat dirinya terlonjak dari tidur pulasnya.
"Salah lo sendiri gak bangun-bangun!" Tira menjauhi adiknya.
"Liat temen lo tuh, pagi-pagi udah bersihin rumah. Gak kayak lo, molor mulu kerjannya," teriak Tira dari kejauhan.
"Ya udah, angkat aja Raya jadi pembantu di rumah ini," gerutu Karin. Ia mengusap wajahnya yang basah.
***
Setelah kepulangan Raya, Karin memutuskan untuk membeli sabun wajahnya yang hanya tersisa sedikit.
Karin mencari di supermarket dekat rumahnya, tetapi tidak ada. Di toko pun tidak ada. Ia sudah empat kali mencari di tempat yang berbeda, tetapi hasilnya nihil.
Bukannya apa-apa, hanya saja wajah Karin termasuk sensitif. Susah mencari sabun yang cocok. Karena sabun yang terakhir kali ia beli menurutnya paling baik di antara semua yang pernah ia beli, ia tidak mau beralih ke yang lain.
Karin sudah sampai di tempat kelima. Ia menghela napas sebelum masuk ke dalam.
Semoga aja ada. Awas kalo gak ada.
Karin menghela napas lega. Sabun wajah yang dicarinya sejak tadi berhasil ia temukan.
Sebelum menuju kasir, Karin menuju lemari es terlebih dahulu. Ia mengambil sebotol minute maid nutriboost rasa apel, lalu menutup pintu.
Baru saja berbalik badan, seorang lelaki menabraknya.
"Eh, sorry sorry. Lo gak kenapa-kenapa, 'kan?" Lelaki itu memastikan.
Karin menoleh ke arah lelaki itu. Ia yang awalnya ingin marah-marah mendadak memasang ekspresi datar, setelah mengetahui bahwa lelaki itu adalah Vano.
"Kalo jalan tuh pake mata!" tegas Karin.
"Karin? Maaf, Rin. Gue gak sengaja," ucap Vano.
Tanpa bicara apa-apa lagi, Karin meninggalkan Vano dan bergegas menuju kasir.
Karin membuka tutup botolnya. Ia memutuskan untuk duduk santai sebentar di depan supermarket sembari memainkan ponselnya.
Beberapa saat kemudian, Vano menghampirinya.
"Rin."
"Karin?"
"Rin, lo marah sama gue?"
Karin menaruh ponselnya. "Apaan, sih? Ngapain juga marah?"
Vano tersenyum. "Kali aja. Habisnya lo diem mulu."
Karin memutar bola mata malas.
"Rin," panggil Vano lagi.
"Apa lagi, sih?" Karin gemas.
"Lo sibuk? Kalo gak, mau ikut gue gak?" tanya Vano.
"Ke mana?" tanya Karin balik.
"Ke panti asuhan. Ini gue udah beli banyak makanan buat anak-anak di sana." Vano menunjuk barang belanjaannya yang memang terbilang banyak.
Karin berpikir sejenak. Ia memang tidak punya kegiatan apapun selepas ini.
Karin memutuskan untuk ikut. "Iya deh."
Vano kembali tersenyum. "Berangkat sekarang aja, yuk!"
Karin mengangguk. Keduanya beranjak menuju motor masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST BEING ALONE
Fiksi RemajaIni tentang Karin, seorang siswi SMA yang sudah muak dengan semua orang, terutama keluarganya sendiri. Ia hanya ingin hidup tenang dengan jalan hidup yang dipilihnya. Tanpa gangguan dan kekangan. Bukan. Karin bukan gadis cantik dan baik hati yang di...