CINTA SEGI BANYAK √ TREASURE {slow update}

Bagian Keduapuluh Empat : Mashiho

Tanpa ba bi bu.. mari kita langsung aja cusss

Enjoy

Ini adalah kisah dimana seorang Takata Mashiho berasal...

[Mashiho's POV]

Oh hai.

Dengan aku, Takata Mashiho sebagai pembawa cerita pada kali ini.

Di sinilah sejarah kehidupanku dimulai.

Jadi...

Mari kita kembali ke beberapa tahun yang lalu..

[Jepang]

15 tahun yang lalu...

Ini adalah kehidupanku ketika berusia 5 tahun.

"Mashiho-kun, sekarang namamu adalah Takata Mashiho. Selamat datang di rumah kami."ucap seorang wanita dengan senyum lembut yang ia berikan padaku.

Yah itu adalah moment pertama dimana aku memiliki sebuah nama keluarga... dan orang tua.

"Bagaimana? Kamu suka dengan kamarnya?"kali tuan Takata lah yang berbicara sembari menunjukkan sebuah kamar— yang bahkan dua kali lipat lebih luas dari kamarku di panti asuhan.

"Apakah ini milikku?"tanyaku yang membuat mukaku memerah malu, tanpa sadar aku telah bertindak tak sopan.l di hadapan mereka.

Dua orang itu tersenyum, nyonya Takata membungkukkan tubuhnya di hadapanku. "Tentu, ini milikmu seorang. Tidak ada yang bisa merebutnya darimu... Ah, kau punya hobby menggambar bukan? Bagaimana jika kau menempelkan gambar-gambarmu di dinding kamar."

Aku masih merenungkan—untuk sekali lagi memastikan apakah ini hanyalah mimpi belaka—dan aku kembali menoleh kepada mereka berdua. "Uhm.. aku ingin menggambar jerapa dan menempelkannya, bolehkah?"

"Tentu sayang. Kau bebas menempelkan apapun di sana. Sekarang kau adalah bagian dari keluarga kecil kami. Kau bisa memanggilku okaa-san , dan dia otou-san."

Aku menatap malu-malu kedua pasangan suami istri yang akan menjadi orang tuaku kelak. Lelehan air mata menggenang dalam mataku, tanpa sadar aku meremas erat boneka teddy bear kesayanganku. Yah satu-satunya barang yang tersisa dalam kenangan lamaku, bahkan tanpa sebuah nama keluarga yang kutahu... sekarang anggota keluargaku bukan hanya tuan Teddy Bear. Tapi nyonya Takata dan tuan Takata.

"Astagaa? Mashiho-kun, kenapa kau menangis sayang, Apa kau tak senang dengan kamarnya? Atau... tak senang dengan kami?". Dan kali ini muncul ekspresi sedih dari mereka berdua. Tidak... Tentu aku bahagia! Bagaimana bisa aku mengecewakan mereka di hari pertamaku!