Aku si semesta katanya, hilang akal di tengah jalan. Semacam mengikuti alur kebaikan. Dan meninggalkan luka dengan jejak.
Ia seolah berkata, jangan ingat aku lagi kalau kau hanya memberi luka.
Aku yang memberi luka. Aku pula yang semacam menyesal. Semacam dimakan waktu dikejar kenyataan.
Aku si penakut yang mencari hal itu. Ya, hal yang ku kira menakutkan. Aku semacam tak mengerti apa yang ku inginkan. Tapi aku iri karena dia bisa jalan sedang aku selalu tengok ke belakang.
Menengok masa lalu, selalu kepo dengan hal tentangnya. Dan akhirnya aku ditelan kenyataan bahwa ia sudah tak lagi tengok ke belakang.
Seolah mentari hanya menyinariku sendirian. Aku semacam ditelan rasa cemburu. Ku akui, aku masih ada rasa. Sedikit memang, tapi itu sisa sebuah keputusan. Keputusan untuk mengakhiri semuanya.
Aku merasa malu, sungguh. Tak tau lagi mengapa aku masih tengok ke belakang. Selalu saja, semacam orang kasmaran yang tak tau lagi perihal luka.
Luka, ia sebenarnya ada. Tapi aku tak ingin melihatnya. Semacam ia tak pernah ada. Menjadikan ku mencari cari masa lalu yang pantas diingat oleh fikiran.
Aih, aneh sekali aku ini. Baru kali ini aku bisa semacam ini. Padahal ada luka yang lebih sakit dari itu. Tapi entah mengapa hanya luka itu yang ku ingat. Mungkin, luka itu terlalu 'manis' untuk dilupakan.
Hanya luka itu yang membuat ku senyum senyum semacam orang kasmaran. Padahal itu luka! Gila sekali aku tersenyum karena luka.
Huh, lucu. Aku kasmaran karena luka.
Menyanyi seolah bahagia. Tertawa karena mengingat memori kecil itu. Semacam kasmaran karena semu. Kasmaran dengan hal hal yang bahkan mungkin tak pernah ada.
Aku di sisi lain hanya tertawa miris. Masih saja makhluk ini mengingat masa lalu. Diingat lalu diceritakan dengan tawa bahagia. Miris, bisa saja aku demikian. Malu dengan kenyataan yang mungkin benar benar nyata. Waduh, Bisa bisanya aku jadi orang kasmaran saat ini.
Kamis, 25 Februari 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Dengan Kata |End|
PoetryAku membuat karya ini sebagai bentuk rasa sayangku kepada diriku sendiri. Karena disini tempat aku menceritakan apa yang aku dapatkan dari kejamnya dunia. -Arani-