Aku memang tidak sesempurna dia si sang dewa. Raja ratu pangeran yang penuh puja. Tak ada yang lebih penting dari mereka bahkan ketiadaannya saja sudah membuat kami kelimpungan. Tak ada yang memimpin, sudahlah hancur negeri ini.
Kritikus tajam berpendapat. Manusia berlomba menjadi yang terhebat. Si yang 'paling penipu' akan membawa kesengsaraan. Si yang paling berjasa tak mau kau dengarkan. Lalu untuk apa mereka menjadi terhebat dari yang 'hebat'. Ternyata sudahlah percuma menjadi 'hebat'.
Kau mudah dipengaruhi. Kau mudah dibodohi. Yaa, itu kau si 'paling penipu'. Biarkan saja omongan basi mu kau simpan dalam benakmu saja. Jangan sampai si 'hebat' tak terdengar lagi.
Edukasi tak henti hentinya mengalir. Bagai air terjun bergelimang kebaikan. Si 'hebat' tak henti hentinya membantu. Melawan apa yang seharusnya sudah tiada sedari dulu. Mengabulkan harapan harapan manusia yang mulai putus asa karena cerita ini sudah tak berujung. Menerima segala bentuk ketidakberdayaan hati yang bahkan mungkin sudah cukup lelah menerima beban sebesar itu. Aku akui kau cukup hebat, bahkan sangat hebat.
Kami bersedih apabila kawan mu tiada. Kami menaruh harapan besar padamu. Kami akan mendengarkan ucapan mu. Kami akan patuh dengan hal yang mungkin lucu bagi kami yang terdahulu.
Terimakasih atas semua jasa mu, sang hebat yang paling hebat. Mungkin bisa kujuluki sang dewa, penguasa, raja, ratu, pangeran dan sebagainya. Tak ada yang lebih berharga dari kehadiran mu. Maka dari itu, terimakasih telah lahir dan tetap bertahan dengan keadaan yang tak begitu baik untuk mu.
Aku pamit, selamat tinggal untuk engkau sang penipu.
Selasa, 2 Agustus 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Dengan Kata |End|
PoesíaAku membuat karya ini sebagai bentuk rasa sayangku kepada diriku sendiri. Karena disini tempat aku menceritakan apa yang aku dapatkan dari kejamnya dunia. -Arani-