Aku, seorang manusia yang cukup yakin untuk hidup pada saat ini. Berjalan dengan kemauanku sendiri. Seperti tengah berlari dalam mimpi.
Manusia ini pernah jatuh. Ia seorang diri. Lebih tepatnya ia menutup diri.
Ia seolah tak punya harapan untuk tetap hidup. Dunianya hancur pada saat itu.
Takut, satu kata yang menggambarkan ia saat itu.
Ia takut dengan luka. Hidupnya penuh dengan kepesimisan. Tak ada gairah apapun untuknya.
Ceritanya tetap berlangsung. Bersamaan dengan waktu yang terus berjalan.
Namun sayangnya ia sudah tidak berlari lagi. Lukanya membuat ia seolah berhenti. Seolah diam menjadi jawabannya.
Suatu ketika, aku si manusia pesimis ini ingin melihat dunia. Berkata pada hatinya bahwa ia tetap harus setidaknya berjalan, apapun yang terjadi.
Mencari arah dan tujuan, hidupnya penuh dengan lika liku.
Saat tersesat, ia butuh rehat sejenak. Menghitung mundur cerita masa lalunya. Melihat perjuangan terdahulunya. Mendengarkan lukanya yang sudah tak bisa diam.
Lalu ia berjalan lagi. Mencari arah kembali. Mencoba untuk terus berjalan.
Selalu seperti itu, hidupnya penuh dengan pemaksaan. Seolah gairah hidupnya adalah karena terpaksa.
Ia kini tengah bercengkrama dengan diri. Mencoba hidup tanpa paksa. Mencoba menjadi apa yang dia inginkan.
Seperti berhenti berlari, berjalan saja hingga ia menemukan tujuan hidupnya.
Rabu, 6 Januari 2021
Rehat - kunto aji

KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Dengan Kata |End|
PoetryAku membuat karya ini sebagai bentuk rasa sayangku kepada diriku sendiri. Karena disini tempat aku menceritakan apa yang aku dapatkan dari kejamnya dunia. -Arani-