|9| Luka bercanda

16 12 0
                                    

Aku, wanita ini selalu takut. Langkahnya mungkin terlampau besar semacam bentuk tubuhnya. Pikirannya selalu saja memikirkan mulut-mulut tak pantas dari orang lain. Menghasilkan dia, sang wanita yang selalu takut itu sebagai orang asing bagi dirinya sendiri. Asing karena ingin menjadi yang sempurna dimata yang lain. Bahkan ia tak suka dengan situasi semacam itu sedari dulu. Ia hanya bisa berdiam diri, memikirkan apa semua ini salahnya atau tidak.

Mulut-mulut berbisa itu mengganggu pikirannya. Ia bahkan tampak menjadi sang maha baik dimata semua. Sang maha baik yang lukanya selalu ditaburi lagi oleh cuka dan garam. Selalu saja menampilkan senyum enggan ketika batinnya terluka. Menganggap apa yang terjadi memang sebuah kesalahan yang ada pada dirinya dikarenakan hadir di situasi tersebut.

Ia bahkan pernah mengurung diri demi menjaga dirinya dari mulut berbisa. Dan sayangnya selalu saja gagal. Mulut jahat itu bahkan seperti udara baginya. Selalu ada dimana-mana.

Ia juga selalu berusaha menjadi seperti apa yang diinginkan mereka. Menjadi seseorang yang bahkan tak pernah ia sukai. Menyiksa dirinya dengan ucapan pemilik mulut jahat itu.

Orang hanya akan menjadikan sebagai candaan. Hah ! Dia tampak ingin mencoba membencinya. Ingin mencoba membiarkan sang udara menjadikannya menjadi sebenar benarnya sang udara yang tak ada kekuatan untuk mempengaruhi hidupnya.

Dan nyatanya semua itu gagal. Usahanya tak pernah membuahkan hasil. Selalu luka lagi yang ia dapat, lalu setelah luka disiram lagi oleh cuka. Dan semua hanya dianggap sebagai candaan. Cuka itu menyiram luka yang baru saja ada. Entah apa yang ada di dalam pikirannya. Mungkin, tenyata sakit hati sebercanda itu. Sakit hati sesepele itu. Luka memang bagimu tak ada apa apanya. Selalu saja demikian.

Biar ! Lakukan saja semaumu. Biar aku tinggal jadi puing yang bahkan tak ada gunanya lagi. Biar aku tinggal jadi debu yang bahkan seluruh dunia tak ingin aku ada. Aku tak ingin berubah karenamu lagi. Sudah cukup tentang luka bercandamu. Kita sudahi saja semua cerita omong kosong mu itu.

Aku akan melakukan apa yang aku inginkan. Persetan dengan mulut berbisamu itu. Persetan dengan luka bercandamu. Persetan dengan segala tentangmu. Aku ingin menjadi batu yang tak memikirkan mu lagi. Aku ingin jadi air yang kau butuhkan untuk ada sehingga jika aku tak ada maka kau akan mencariku. Aku ingin jadi semesta tempat dunia kejam ini ada. Aku sudah tak ingin jadi aku lagi. Aku sudah terlanjur jadi puing akibat luka bercandamu. Aku sudah terlanjur jadi debu akibat ulahmu.

Sekian dan terimakasih, semua ini terjadi karena kamu.

Jumat, 18 Juni 2021

Cerita Dengan Kata  |End| Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang