"Siapa kamu?"
"Buka penutup slayermu?"
"Kenapa kamu membawaku ke sini?"
"Apa maksudmu?"
Seorang gadis bergaun pengantin duduk terikat di sebuah kursi. Disoroti oleh lampu mangkuk yang menggantung memberi sedikit penerangan pada gudang yang gelap dan pengap.
"Lepaskan aku!" Ia menggeliat berusaha meloloskan lilitan.
"Tolong...!"
"Tolong...!"
Percuma gadis tersebut berteriak sedari tadi sampai kerongkongannya kering, tidak ada yang bisa mendengar suaranya. Ia tergulai lemas menaik turunkan napas.
Sementara lawan bicara yang bersandar di sisi ruang mengorek telinga, masih bersidekap tangan. "Kenapa kau melakukan hal tidak berguna seperti itu?" Terkekeh.
"Lepaskan aku!"
Sebuah moncong pistol menyentuh pusat kening gadis tersebut.
***
Brakk..!
Seorang pria berjas hitam menendang meja dihadapannya, membuat segelas wine yang berada di atas situ bercucuran sia-sia. "Aku tidak mau tau, cari dia sampai ketemu!" Ia melenggang dari tempat.
Sosok laki-laki berumur menghadang. "Tuan Ryan, maafkan atas kejadian memalukan ini. Mohon jangan dimasukkan hati!"
"Tidak pa-pa. Saya paham, pasti Bapak lebih mencemaskan Cia. Tenang saja, Saya akan bantu dapatkan anak Pak Banara kembali."
"Terima kasih, Tuan Ryan. Anda banyak menopang keluarga kami."
***
Silau-silau sepasang netra terbuka, menangkap cahaya yang terpendar lurus ke arahnya. Bayangan sesosok hitam datang mendekat.
Sepasang netra tersebut tak alih mengawasi. Sampai berhentilah pergerakan jangkah kaki tepat di depannya.
Mengerling, di bawah penyinaran lampu mangkuk berubah sosok mengerikan menjadi seorang berperawakan tinggi tegap, berkulit langsat, tatanan rambut agak berantakan, serta tak luput kumis tipis yang menambah daya erotis tampang tegas pria itu.
Tap..!
Sepasang kornea hitam dan sepasang kornea perak bertemu.
Mata hitam merendah, mensejajari. "Ayo makan!"
"Tidak mau." Melengoskan mata peraknya.
Menyodorkan sesendok nasi.
"Lepaskan aku!"
"Apa tidak ada kata selain itu?"
"Kalau begitu lepaskan aku!"
"Sudah dua hari kau tidak makan. Cepat, buka mulutmu!"
"Aku bilang tidak mau ya tidak mau!"
Menarik napas dalam, tubuh tinggi tegap terangkat. Ditaruhnya piring di sekitar situ kemudian berjalan menjauh.
"Tunggu!"
Pria itu berbalik.
Merundukkan kepala, bibir mungil delima bergetar. "Jangan tinggalkan aku sendirian. Aku takut!"
Mendekat, tangan kekar menyanggah dagu gadis yang mensergahnya.
Sepasang kornea perak menatap sendu. "Aku mohon, lepaskan aku! Aku tidak mau di sini..." Melirih.
"Aku akan melepaskanmu."
Seketika tatapan sendu berganti binar.
"Tapi,"
***
Hay...
Gimana ceritanya menurut kalian? Tulis pendapat di kolom komentar;)
Kasih vote dan komen, dong! Karena semangat author adalah dukungan dari kalian.
#Salam untuk para readerku🌹🧡🧡
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESI SANG PENCULIK [End]
Lãng mạnAda berlian yang diculik. Berlian itu ada di mata perak seorang gadis sederhana bernama Cia Banara. Menjadi korban akibat kelicikan tuan sekaligus calon pengantinnya membuat Cia hidup bersama seorang penculik sekaligus pria kaya raya yang memperlaku...