9. Chapter [I]

6.7K 267 10
                                    

"Chalis?"

"Hem?" Chalis insaf dari lamunan.

"Terima kasih."

Tersenyum pada Cia. "Terima kasih kembali."

Chalis menggeser gadis tersebut untuk rehat di kursi panjang berukir abjad mereka, Cia & Chalis. "Kau bisa datang ke sini semaumu! Sekarang, rumah ini bebas atas namamu." Chalis merangkul lengan dan mencium aroma rose di puncak kepala gadis di sisinya.

Tak sadar Cia turut menyandar di bahu kokoh pria itu.

***

Dua orang berseragam sipil dengan lencana tameng di masing-masing dada mereka menghadap.

"Ck, lama aku bersabar dan menanti. Rupanya kalian masih mengadukan laporan yang sama!"

"Maaf, Tuan. Berulang kali kami menyelidiki, tapi hasil ujungnya selalu terhenti di sini." Satu diantara dua orang berseragam sipil dengan lencana tameng menyerahkan data analisis.

Ryan memicit pelipis pening.

"Sepertinya, tindakan kriminal ini telah diakali sedemikian rupa." Satu diantara dua orang berseragam sipil dengan lencana tameng lainnya menyatakan.

"Bawa aku menemui atasanmu!" Tegas Ryan.

***

Di bibir pintu frosted glass gadis bermata perak celingukan.

"Kluk..!"

Cia menjumpai akar dari suara dan merapat. "Ada apa memanggilku?"

"It's nothing, hanya untuk menemaniku," jawab Chalis yang bersantai dengan menopang lengan berototnya di damping kolam.

Cia tergaguk, ia mengagumi tubuh atletis Chalis. Cia melempar pandangannya ke sembarang arah.

"Kluk..!"

Kembali Cia memusat pada Chalis.

"Kau tidak ingin berenang?"

"Tidak. Aku tidak bisa berenang."

"Cobalah!"

Cia menggeleng.

"Ini sangat menyegarkan." Chalis mengiprat air ke Cia.

Cia mengkerut. "Aku bilang tidak mau!"

Chalis menghela napas. "Baiklah kalau begitu. Bantu aku naik!" Ia meminta tangan.

Cia memberinya. "Aaa..!"

Byurr...

Chalis mengangkat tubuh tersengal-sengal tersebut ke permukaan.

Cia menaik-turunkan napas. "Kamu gila! Telingamu tidak dengar? Aku sudah bilang aku tidak bisa berenang. Apa kamu ingin aku mati? Dasar pria jahat! Kenapa kamu senang sekali membuatku frustrasi?" Meredakan makian.

Chalis terkekeh menanggapi sedari tadi. Jujur, ia lebih suka melihat Cia yang menggaduhnya seperti ini ketimbang Cia yang mendiamkannya seperti kemarin. "Selesai?"

Cia melengoskan muka.

"Ups... aku tidak sengaja."

Menimbuki dada bidang Chalis. "Hihh... menyebalkan!"

"Kalau tidak coba mana mungkin bisa?" Chalis meregangkan lingkaran lengannya di pinggul Cia.

Refleks gadis itu mengeratkan kaitan tangan.

"Kayuh kakimu!"

Cia balas mengacuhkan.

"Praktekkan perintahku, kau tidak akan mati!"

Terusannya, terpaksa Cia pun mematuhi.

***

Flashback on....

Sedan hitam melaju dengan kencang memasuki alun-alun arsitektur yang terbengkalai. Tanding kecepatan, diikuti oleh dua cabin car dibelakangnya. Melambung terjegal pinggiran ubin.

Cekikk..!

Tergelincir mengerem pedal sekoyong-koyong, lampu bemper sedan hitam menyorot sebuah Jeep army yang terpajang membentang di seberang depan.

Merangkap sembari menghalangi jalan, dengan semburan asap knalpot dan sahutan blayer yang membengkak di telinga dua cabin car terjang memutar untuk mengepung sedan hitam dari segala sisi.

"Ayah..." Mengerucut.

***

Author: "Siapa yang nggak bisa berenang? Sini ngumpul bareng Cia!"😅

Cia: "Nyebur kolam aja belum pernah, Thor. Gimana mau berenang?":(

Chalis: "Makanya, di ajarin sama Masternya malah nolak!":v

Cia: "Master apaan? Masternya nyebelin kamu itu, Chalis. Haha..."

Chalis: "Hemm..."

Author: "Udah-udah, sonoh kalo eyel-eyelan cari tempat pribadi!"🤣

Vote dan komen, ok! Karena semangat author adalah dukungan dari kalian.

#Salam untuk para readerku🌹🧡🧡

OBSESI SANG PENCULIK [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang