12. Chapter [L]

4.4K 186 17
                                    

Advice
||
Sebelum membaca perhatikan jarak mata dengan ponsel kamu, ya!
Jaga kesehatan mata

----HAPPY READING----

***

"Aaa..!"

Chalis melewati wajah yang terkatup, ia menghirup aroma rose di rambut Cia. "Hhem... Ahhh..."

"Hentikan!" Dengan halus Cia mendorong Chalis.

"Kau benar, seharusnya aku tidak merusak seni dari kerja keras pelayanku." Chalis bangkit. Ia merapikan rambut terurai coklat. 

"Ke mana?" Cia merespon telapak tangan Chalis yang terbuka kepadanya.

"Dinner outside."

Mata perak mengerlap. Cia secara semarak menyahut telapak tangan itu.

Chalis membelenggu pinggang disisinya dari lokasi terkini sampai tujuan.

***

Di atap gedung Resto berpagar kawat yang dimodif, bertaburan panorama yaitu bintang juga bulan. Chalis dengan texedonya dan Cia dengan dressnya. Di sebuah bangku melingkar berhias mawar, pasangan serasi tersebut membaur.

Manik perak Cia menjelajahi indahnya kelap-kelip lampu kota dari atas sana.

Sedangkan manik hitam Chalis mengamati indahnya mimik ceria gadis di hadapannya.

Cuma ada mereka berdua, sebab tempat itu memang sudah di sewa khusus oleh Chalis.

"Kluk..!"

Cia menoleh.

Menangkap gelagat gadis tersebut yang terlihat merekah, Chalis bertanya, "Cia-ku pernah makan malam seperti ini sebelumnya?"

Menggeleng. "Belum pernah."

Jawaban bagus untuk Chalis. Karena terjemahannya, ia adalah pria yang menemani kencan pertama Cia. Chalis merogoh sakunya, kemudian menyodorkan kotak merah.

"Apa ini?"

Chalis membuka dan menggandul barang di dalamnya. Sebuah kalung emas beranting kristal hati.

Cia terperangah.

Chalis mendekat, berniat memakaikan.

"Eh..!" Cia menahan.

"Ini untukmu."

"Tapi-"

Chalis memotong. "Shutt..!" Ia memasangkan perhiasan itu. Chalis menyisihkan helai rambut yang tersilir udara di leher mulus Cia. "Bersinar dan agung. Sama seperti yang memakainya." Ia memuji.

Cia tersipu.

Chalis merampas tangan melepuh Cia, dibawa ke indra pengecapnya. Cup!

Pelayan datang, menyuguhkan stainless steel ke atas bangku. Menampilkan sepiring spageti serta segelas lemon tea.

Cia terdiam menganggurkan hidangan tersebut.

"Ayo makanlah!"

"Untukmu saja."

"Apa maksudmu? Aku memesan ini untuk kita."

"Tapi ini hanya satu paket makanan."

"Ini dua porsi. Kita habiskan bersama."

"Apa! Tidak mau."

"Kau mau aku yang menyuapimu?"

"Aku tidak mau."

Chalis menghela nafas. "Ya sudah, kalau tidak mau. Aku tidak akan mengajakmu keluar lagi." Ia berlagak arogan.

Cia menciut, langsung ia meraih garbu.

Chalis melirik dengan senyum kemenangan. Di sepanjang acara makan, diam-diam Chalis mengembat ujung lain dari pasta yang masuk ke mulut Cia.

Cia tidak goblok, mengetahui hal itu sebisa mungkin ia menggagalkan kiat Chalis. Dia memutus pasta saat pria tersebut berhasil melahap ujungnya. Alhasil Cia tak dapat menikmati makanan dengan tenang, padahal dia akui kudapan ini sangat lezat. Lebih-lebih perutnya belum sempat terisi dari tadi siang.

Tiba Cia berada di titik lengah, ia menyeruput pasta secara kuat. "Hemm....." Cup..! Pipinya memerah. "Uhuk, uhuk." Cia lekas menjauh, ia mengelap mulutnya dengan tisu. Mengelus dada dan mengatur nafas. "Chalis, apa yang kamu lakukan!"

"Ups... Aku tidak sengaja."

Cia menepuki bahu kokoh Chalis. "Hiiihh...." Merengut.

Chalis terkekeh. "Kau makan seperti anak kecil, lihat!" Ia mengusap sisa saus yang belepotan di sudut bibir delima Cia.

Rasanya ingin sekali Cia menggigit tangan kekar tersebut. Baru saja suasana hatinya baik, namun kembali Chalis membuat kesal.

***

Jadi iri sama Cia, diajak dinner+dikasih kalung pula🙄Sabar... baper di dunia halu itu manipulasi😅😅

Tekan tombol vote dan komen! Karena semangat author adalah dukungan dari kalian.

#Salam untuk para readerku🌹🧡🧡

OBSESI SANG PENCULIK [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang