11. Chapter [K]

4.9K 198 8
                                    

Ngomongin Agen berkumis artsy jadi keinget sama lagu boy band legendaris, Super junior yang judulnya Spy itu loh...

Rada-rada mirip konsepnya😁

***

"Kamu mau membawaku ke mana?"

Hanya dibalas oleh langkah yang makin melantang.

"Kamu mau membawaku ke mana?" Ulang Cia meresah.

"Shutt..!" Chalis berdesis untuk memotong. Berhentilah kakinya di muka ruangan yang serba pucat. Ia mempercayakan gadis yang dia usung tersebut kepada seorang pelayan. "Selesaikan tugasmu sebelum aku pulang!" Ungkapnya.

"Baik, Tuan."

***

"Pria berperawakan tinggi tegap, atletis, aktif, gemar berolahraga terutama yang berhubungan dengan air." Di kursi putar ergonomis agen berkumis artsy mengait jemarinya.

Pria di seberang meja mengangkat sebelah alis.

Agen berkumis artsy memajukan lampiran bercap arsir yang berantakan. "Dapat saya simpulkan setelah menyalin dan memeriksa sidik jari ini."

"Ada keterangan lain?"

"Bekas tangannya besar, pola jarinya menempel dengan standar. Peristiwa terjadi sembilan bulan lalu, tepatnya bulan Juli. Di situ memasuki musim kemarau. Pori-pori seseorang akan mengeluarkan minyak sesuai yang dibutuhkan tubuh untuk menjaga suhu agar tetap normal. Tidak ada ciri kelebihan minyak. Artinya, ia memiliki tipe kulit kering. Kemungkinan, orang bertipe kulit jenis ini banyak berkontraksi dengan air, juga berperasa."

"Aku tidak mengerti."

Agen berkumis artsy terkekeh, ia mengendurkan tatapannya. "Penculikan ini tidak mungkin tanpa alasan. Pemicunya ada disalah satu dari kedua belah pihak korban, yaitu calon pengantin Tuan atau Tuan Ryan sendiri."

"Tapi siapa?"

"Biar saya beri petunjuk lagi. Kulit berjenis udara, seorang yang sering menghabiskan waktu di balik komputer. Memiliki garis tangan berlebih, berpeluang mudah tertekan karena dia adalah seorang yang sensitif. Menurut logika saya, Tuan Ryan adalah pemicunya. Secara sang pelaku bukanlah kaum awam. Jika diterawang dari sudut calon pengantin Tuan, tidak mungkin beliau menggumbuli apalagi berperkara dengan kaum yang sekelas, seperti Anda."

Ryan menutuk jari-jarinya pada meja. "Tinggi tegap, air, komputer, orang yang bermasalah denganku. Sss..." Ia menekan pelipis. Membelalak, muncul proyeksi di otak Ryan. "Orang yang selalu menerorku." Temunya.

"Siapa?"

***

"Tuan Chalis, silahkan! Nona Cia sudah menunggu." Pelayan menunjuk pintu kamar.

Di ranjang raksasa Cia memainkan pernak-pernik busananya. Seharian para pelayan memberikan perawatan tubuh baginya dan memusingkan penampilannya.

Kreeek...

Chalis berjongkok untuk menyepadani gadis yang melengos akan kehadirannya. Ia menyapit dagu Cia, tetapi dengan cepat Cia mengibas muka.

"Kluk..!"

Refleks pandangan Cia terangkat. Sepasang kornea perak dan hitam saling beradu.

"Bersyukurlah Tuhan menganugerahi paras semempesona ini pada gadis dihadapanku!" Chalis meneliti. Perlahan ia memungkas jarak, lalu menyeruduk.

"Aaa..!"

***

Vote dan komen! Karena semangat author adalah dukungan dari kalian.

#Salam untuk para readerku🌹🧡🧡

OBSESI SANG PENCULIK [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang