2. Chapter [B]

19.2K 818 33
                                    

Advice
||
Sebelum membaca perhatikan jarak mata dengan ponsel kamu, ya!
Jaga kesehatan mata

----HAPPY READING----

***

"Aku akan melepaskanmu."

Seketika tatapan sendu berganti binar.

"Tapi," menyahut, "Habiskan makananmu!"

Menggangguk mantap. "Iya."

Menyuapkan sesendok nasi.

***

"Kenapa kamu membawaku ke mari?" Mengedarkan mata peraknya ke seluruh ruangan. "Aku mau pulang."

"Ini rumahmu."

"Ini bukan rumahku."

"Kalau begitu mulai sekarang ini rumahmu."

Menggeleng. "Tidak mau, aku mau pulang."

Menajami manik yang ada di sampingnya. "Kau pilih di sini atau di gudang?"

Mendelik. "Tidak, jangan bawa aku ke tempat menyeramkan itu lagi!"

Tok, tok, tok...

Seorang pelayan meruduk masuk. Ia menyodorkan pampangan nampan.

"Ganti pakaianmu!" Pintah dingin pria itu, menyerahkan lipatan kain kepada badan yang ragu-ragu untuk menerimanya.

Dari bilik lembab seorang gadis menyibak rambut coklat terurainya yang basah akibat guyuran air shower. Sejuk dan selesa sekali, dua hari sudah awak molekya tak sempat tersentuh oleh air.

Aroma mint berpadu rose kini kian menyemerbaki kamar yang berskala luas.

"Kluk..!"

Gadis tersebut menoreh ke asal suara.

Pria berperawakan tinggi tegap bersandar di kepala ranjang. Dengan jari telunjuk ia berisyarat memanggil. Bibir bertegas kumis tipis tersungging haus mengamati dari ujung kepala sampai kaki gadis yang gentar memaraninya. Ditepuk tempat sebelahnya setiba gadis tersebut di sana.

Hanya menilik secara nanar, alis sabit pun tertaut.

Kedua kalinya pria itu menepuk tempat, namun tetap setia gadis tersebut dalam posisinya.

"Aaa..!" Gadis tersebut memekik.

Diusap pelan serta diendus sumber harum rose yang merayui indra penciuman pria itu. "Cia-ku," berbisik ditelinga gadis yang menetap di rengkuhannya.

Belum surut dari terkejut, Cia menggegar-gegarkan badan. Tapi upayanya sama sekali tak membuah apapun. Tangan kekar yang membelitnya terlalu kuat. "Lepaskan aku!" Ia benar syok dengan tindakan tiba-tiba yang pria tersebut lakukan. Tidak di sini atau di gudang, cuma membenak ketakutan. Perlahan pandangan Cia mengabur.

Tes..!

Dirasa sesuatu menjentik di kulit, mata hitam membesuk. "Kenapa menangis?"

Cia diam terisak tak bisa meluapkan perasaan.

Tidak mendapat respon pria itu malah mengeratkan pelukan dan melanjutkan aksi cumbunya.

"Lepaskan aku! Kenapa kamu menculikku?" Pecah Cia sudah tak betah dengan perlakuan bengis.

Kembali berbisik. "I have never seen anyone as attractive as Cia-ku! Aku belum pernah melihat gadis semenarik Cia-ku!"

Cia tersendat, sedetik ia menghentikan tangisan.

***

Sampai jumpa di chapter selanjutnya🖐️

Jangan lupa vote dan komen! Karena semangat author adalah dukungan dari kalian.

#Salam untuk para readerku🌹🧡🧡

OBSESI SANG PENCULIK [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang