17. Chapter [Q]

1.7K 85 2
                                    

Mungkin ada yang stres kayak Cia?
🎶
Boleh coba dengerin musik relaksasi diatas buat terapi otak:)

***

Memuat kedua tangan di kantong jaket panjangnya. Pantofel casual dengan lurus menjelajahi deret trotoar. Dalam gerak santainya, tiba-tiba agen berkumis artsy tersendat di buntut plat body Crossover car. Ia terkekeh. "Luck! Bertemu lagi, tuan. Kali ini tidak akan kubiarkan lolos."

Berlengkok ia singgah di kedai sunyi berharum kopi. "Berikan aku yang terbaik!" Pintanya.

Barista menyuguhkan racikan kopi luah ke atas meja bar.

Agen berkumis artsy curi-curi sorot kepada pria tinggi tegap yang tengah berkhidmat laptop di pojok indoor. "Ehem. Apakah Anda kenal orang yang ada di sana?" Di seberang meja bar dengan sudut netra ia mengisyaratkan target pada barista.

"Oh... Dia adalah kepala perusahaan tersohor di kota ini. Dia sering mampir ke sini."

Menyeringai. "Informasi yang menguntungkan!"

Seberes mengepaki barang-barang pria berperawakan tinggi tegap angkat kaki melalui pintu utama.

"Tunggu!" Mencekal pergelangan. "Maaf, tolong jangan sentuh!" Agen berkumis artsy mencegah pramusaji yang hendak membersihkan bangku pengguna. Dengan sarung tangan agen berkumis artsy mengembat cangkir kosong bekas pria tinggi tegap dan difokuskannya ke kaca pembesar.

Pria berperawakan tinggi tegap mondar-mandir di sekitar Crossover car yang kempes. Ia menyimak hilir-mudik angkutan publik. Menepuk jidat, "Shit..!" Menghembuskan nafas kesal. Bagaimana ia bisa lupa kalau sekarang merupakan waktu libur bagi seluruh taksi di daerah sini.

Ia menengadah, setetes air membumi di telapak tangan yang kekar. Merogoh saku untuk kedua kalinya dipencet nomor telepon namun kali ini dijawab oleh nada terputus karena cuaca. "Ck."

Dari balik tirai yang transparan agen berkumis artsy memonitor.

Pria tinggi tegap kembali ke dalam kedai. Ia berpesan kepada Barista, "Saya titip mobil di depan, petugas otomotif akan mengambilnya nanti."

Di sebuah halte, rem booster aktif membuat mesin udara dari bus tingkat berdesis. Secara beraturan sebagian penumpang turun, termasuk pria berperawakan tinggi tegap.

Sejauh kiloan meter pria tinggi tegap menapak di jalan yang becek dan besar. Menuju ke kawasan persemayamannya, dengan langkah lebar juga cepat tak henti-hentinya ia mengumpat. Hingga tak sadar jika sepasang pantofel casual sedang menguntit di belakang.

***

Kilatan listrik memecut di langit suram yang gemericik. Mata perak tergugah, renungannya menembus ke bingkai jendela. Ia berpaling pada jam bandul, kemudian jatuh pandangan itu pada perutnya yang datar. Tangan melepuh menyapunya dengan cemas.

Cia beringsut, tergopoh-gopoh menelantarkan bilik hangat yang dia hinggapi.

***

Jempolnya mana😃 vote dan komen! Karena semangat author adalah dukungan dari kalian.

#Salam untuk para readerku🌹🧡🧡

OBSESI SANG PENCULIK [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang