21. Chapter [U]

1.4K 73 8
                                    

Sontak pernyataan sambungan tersebut memancing gadis yang tabah tertunduk. "Apa! Jadi selama ini Tuan Ryan tidak tulus menolong keluarga Saya?"

Ryan terkekeh. "Biar ku beri tahu sesuatu, Cia. Tidak ada yang gratis di dunia ini. Dua, banding sepuluh."

Pupus harapan Ryan mempersunting Cia. Sejujurnya Cia bersedia menikahi Ryan juga bukan sebab cinta, tapi atas rasa balas budi.

"Enam tahun sia-sia aku menantimu, Cia. Menahan hasrat untuk tidak menyentuhmu sebelum ada ikatan suci di antara kita. Rupanya, kau tidak beda dengan jalang yang sering aku gauli di luar sana."

Plakk..!

Ryan mengesat tulang pipinya.

"Tuan Ryan jangan sembarangan bicara! Saya sudah menikah." Tak terima Cia membela diri.

Bangun dari kursi penyaksian laki-laki berumur membusungi.

Plakk..!

"Jaga kelakuanmu, Cia!"

Cia membalut nyeri di pipi lembut dengan kedua telapak tangan. "Tapi Cia bukan gadis seperti itu, Ayah..." Berkaca-kaca.

"Cukup, kutunggu secepatnya!" Ryan menyudahi.

Laki-laki berumur kelabakan. "Tapi, Tuan dari mana kami mempunyai uang sebanyak itu?"

"Itu bukan urusanku." Ryan beranjak dari rumah.

Laki-laki berumur dan kedua badan di kursi penyaksian berbarengan pergi mengabaikan gadis yang tersengguk di tempat.

Brukk..!

Ambruk tubuh lemas Cia, ia terkapar. "Hiks... hiks..." Berderaian kristal bening bak membanjiri lantai kapur.

Kemana orang-orang yang disayangi hilang saat ia dalam keadaan tak karuan semacam ini. Bodoh apa yang harus dilakukan, sekarang cuma satu nama terbesit di pikiran Cia. "Chalis..."

***

Di kamar dengan sumbu keruh dan beralas kelasa sempit inilah Cia mengarsipkan sisa pedih. Lagi-lagi menggapai koran berita harian yang diterimanya tadi pagi.

"Seorang pengusaha tersohor akuatik terjerat kasus penculikan terhadap seorang gadis berstatus calon pengantin."

Berlinang air dari sudut mata perak yang sembap. "Chalis bukan penjahat..." Koreksinya.

Malam yang kelam, tersiar desir udara menembus tembok-tembok sekitar.

Cia menggosok kedua lengan, meringkuk di bawah kehangatan selimut tipisnya. Bibir mungil delima mengerucut, jari-jari kakinya mengkerat menghalau hawa beku beserta hatinya yang gundah.

Berulang membolak-balikkan awak molek di dasaran yang keras nan adem. Walhasil, tetap Cia tak kunjung menemui kenyamanan. Sungguh ia butuh belaian, ciuman, dan dekapan yang belakangan ini selalu mengakrabinya kala menjelang terlelap.

Tanpa sepengetahuan, seekor berbulu tengah menumpu. Ia mengkiprahkan ekor, nestapa akan majikannya. "Guk, guk."

***

Menurut psikologi,

- Saat kita sedang senang tiba-tiba teringat akan seseorang, artinya kamu menyayangi orang tersebut.

- Dan, saat kita sedang sedih tiba-tiba teringat akan seseorang, artinya orang tersebut menyayangi kamu.

Cus vote dan komen! Karena semangat author adalah dukungan dari kalian.

#Salam untuk para readerku🌹🧡🧡

OBSESI SANG PENCULIK [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang