15. Chapter [O]

2.2K 97 6
                                    

Cia memantulkan bokong ke atas tempat tidur. Berurutan ia menanggalkan masker, kacamata hitam, topi, dan jaket kebesaran yang merangkup awak molek. "Huft... Pengap!"

"Guk, guk."

Cia tersorong. "Hey, apa yang membuatmu bersemangat begitu?" Tersenyum gemas, ia memberantakan bulu anak anjing yang menindihnya.

Dengan kekehannya Chalis menggelengkan kepala. Ia sengaja mengajak Cia melenggang dari rumah megah menjulang.

Mendapat kesempatan langka tersebut Cia menyetujui, dengan syarat.

"Pakailah embel-embel ini!"

Pulang bukan tangan kosong. Cia menaksir anak anjing selama bersenang-senang di luar tadi. Tentu Chalis mempersembahkannya kepada Cia. "Apapun untuk Cia-ku." Begitulah slogan Chalis.

"Apa Cia-ku senang?"

Cia menggangguk. "Iya."

Anak anjing itu memperhatikan secara lekat kornea perak. Terpukau ia menjilat pipi lembut Cia.

"Hem... Mari kita buat nama bagimu, anjing manis. Bagaimana, kalau aku memanggilmu, Nde-nden?"

"Guk, guk."

Cia mendekap anak anjingnya. "Nde-nden, aku tidak punya teman perempuan. Mereka tidak mau berteman denganku. Sekarang kamu mau jadi teman perempuanku, kan!"

"Lumrah, mereka iri dengan keindahan Tuhan yang tengah bersamaku saat ini." Sahut Chalis mencibir. "Sekarang selagi aku tidak ada, kau juga bisa mengajaknya berdebat!" Mata Chalis membidik ke arah Nde-nden.

Cia tersimpul kecut. "Jangan hiraukan dia, Nde-nden! Aku tidak tertarik berdebat dengan seekor anjing." Membatin.

***

Crossover car tancap gas untuk meninggalkan area parkir gedung pencakar langit.

Dari kejauhan mobil taksi senyap-senyap membuntutinya.

Cekikk..!

Hampir saja kening agen berkumis artsy menyentuh bangku sopir. Untung ia menghubungkan buckle sabuk pengaman. "Ada apa?"

"Ada pohon rubuh diterpa badai hujan tadi malam, terpaksa separuh jalan harus ditutup."

Meriuh klakson kendaraan lain, bersahutan dari balik kaca.

Agen berkumis artsy menghempas punggungnya ke jok kursi. Ia memicit pelipis.

Walau dengan kecepatan lamban, lolos juga mobil taksi dari antrian padat transportasi itu. Agen berkumis artsy celingukan. "Ah... Itu dia!" Ia menuding Crossover car yang rada-rada lenyap dari pemandangannya. Ia ngebut, meneruskan perjalanan.

Di petak swalayan pantofel casual berlabuh dan tergesa-gesa menerabas ke dalam. Menyusuri koridor rak perkakas, matanya memergoki sosok tinggi tegap yang tengah memunggunginya. Lekas ia parani, menepuk pundak. "Excuse me."

Berbalik. "Ya?"

Agen berkumis artsy terpegun.

***

Pencet simbol bintang dan kolom dibawah! Karena semangat author adalah dukungan dari kalian.

#Salam untuk para readerku🌹🧡🧡

OBSESI SANG PENCULIK [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang