4. Chapter [D]

13.6K 594 14
                                    

Cia mengernyit. "Hari penting apa?"

"Kita akan menikah."

"Apa! Aku tidak mau. Kenapa aku harus menikah dengan penculik sepertimu?" Tersulut emosi.

Pria tersebut terkekeh. "Karena memang itu tujuanku menculikmu," jawabnya enteng.

"Aku tidak mau!"

Seraya menghirup rokoknya pria tersebut melirik Cia sekilas.

"Kenapa kamu melakukan ini padaku, apa salahku?" Cia menahan genangan di pelupuk mata. "Katakan!"

"Ini bukan salahmu." Pria tersebut angkat bicara.

"Lalu?"

Flashback on.....

Di pelataran hijau yang di guguri dedaunan ranting pohon, gadis bermata perak bergiat menggunakan sapu lidinya.

"Lantas siapa yang bertanggung jawab? Aku hanya minta uangku kembali, apa yang salah?"

Refleks mata perak memusat pada uringan itu.

Pria berperawakan tinggi tegap menarik diri dari ruang utama.

Dibuntuti oleh wanita paruh baya. "Tapi tuan Ryan sedang tidak ada di rumah sekarang. Saya akan kontak, saat beliau pulang nanti."

Bergumam. "Ck, terus berjanji tanpa bukti. Di mana si brengsek itu sembunyi?"

Laki-laki berumur menepuk pundak menyadap dari belakang, membuat gadis bermata perak tersundul. Berbisik. "Apa yang kau lihat? bersikaplah sewajarnya!"

"I-iya, Ayah." Melanjutkan pekerjaan.

"Hah..!" Gusar, pria tinggi tegap menapak jalan paving secara cepat. Namun di tengah jalur, pandangannya menetap.

Melihat tuannya tersendat pria berjuluk tangan kanan berbalik menjemput. "Ada apa, Tuan Chalis?"

Masih dijawab oleh tatapan kekeh.

"Itu Tuan Banara. Apa Tuan Chalis ingin berbincang dengannya?"

Selintas senyum pipih terpatri di bibir bertegas kumis tipis.

Memutar leher, alih-alih yang disorot tuannya bukanlah seorang yang dibahas. Melainkan sosok lain yang berada di sebelah topik obrolan.

Di ruang gelap dan pengap pria berjuluk tangan kanan mempresentasikan. "Cia Banara, merupakan anak tertua dari keluarga Banara. Gadis bermata perak, berambut coklat, berkulit putih melepuh, alis sabit, hidung mancung, serta memiliki bibir mungil delima. Gadis yang dikenal berkat kecantikannya di kota ini didesuskan akan menikah dengan pria yang dikenal berkat keseganannya di kota ini,"

"Hahahaha...." Gelakan pria yang memangku betis di kursi tunggal memotong. Terengah-engah ia memicit tulang rahang. "Lanjutkan!"

"Tinggal bersama ayah, ibu tiri, dan adik laki-laki tirinya. Mengabdi sejak berusia 14 tahun di kediaman Ryan sebagai seorang pelayan."

Membuang puntung rokoknya, pria itu baranjak, menghinggapi gadis bergaun pengantin yang duduk terikat tak sadarkan diri. Ia mengelap bibir mungil delima.

"Jadi berapa nominal yang Tuan tetapkan untuk gadis ini?"

"Ralat tujuan awal menculik gadis ini!"

***

Ketemu lagi🤗

Semoga kalian nggak bosen sama ceritanya.

Sempatkan vote dan komen! Karena semangat author adalah dukungan dari kalian.

#Salam untuk para readerku🌹🧡🧡

OBSESI SANG PENCULIK [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang