26. Chapter [Z]

4.4K 119 24
                                    

╔══╗
║═╦╩╦╦╗╔╦╦═╦╦╗
║╔╣╬║╔╝║║║╬║║║
╚╝╚═╩╝─╠╗╠═╩═╝
───────╚═╝
_______________¶¶¶¶¶¶
__________¶¶¶¶¶¶¶¶__¶¶
_____¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶ ¶¶
_¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
¶¶¶__¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
_¶¶ ¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
___ ¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶ [█]¶¶¶¶¶
____¶¶¶¶¶ [█] ¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
_____¶¶¶¶¶¶¶'▼'¶¶¶¶¶¶
______¶¶¶¶¶¶¶·♥·¶¶¶¶¶
__¤'¤'¤'¤'¤'¤'¤¶¶¶¶¶¶¤'¤'¤'¤'¤'¤'¤
__¶¶¶¶¶'¤'¤'¤'¤'¤I T.'¤'¤'¤'¶¶¶¶¶¶
¶¶¶¶¶¶¶¶¤'¤'¤'¤'¤'¤'¤'¤'¤¶¶¶¶¶¶¶¶
¶¶____ ¶¶¶¶¶'¤'¤'¤'¤'¶¶¶¶¶____ ¶¶
¶¶_____ ¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶____¶¶
_¶¶___¶¶¶¶¶________¶¶¶¶___¶¶
__¶¶¶¶¶¶¶¶___________¶¶¶¶¶¶
(♥)¤ª˜¨¨¨¨˜ª¤(♥)¤ª˜¨¨¨¨˜ª¤(♥)

Bay the way, sorry kalau gambarnya kepancung🤣

***

Bersilamnya malam sensual pelampias rindu. Pagi-pagi buta di ruang makan bernuansa kapital juga diselimuti kerukunan. Bak sinema sebuah keluarga yang akur sukacita, Chalis berserentak keempat keluarga Banara melaksanakan sarapan mereka.

Berulang Cia merisihi kakinya. Diperiksa, mata perak terpejam rekat merangsangi gosokan tangan kekar di paha mulus melepuhnya. "Sss... ah." Sepenggal desahan kecil kabur dari bibir mungil delima.

"Kenapa, Cia?"

Cia menjuling pada ketiga wajah putus khidmat di seberang meja. "Ti- tidak pa-pa, Ayah."

Laki-laki berumur memerhatikan polah anaknya. "Benarkah?"

"Cuma ada nyamuk yang menggigit. Cia tidak pa-pa."

Laki-laki berumur tersebut tersimpul mempercayai.

Cia melirik ke arah pria disampingnya, berbisik sekalem mungkin. "Chalis, kita fokus makan saja, ya!"

Chalis mengkorek api pucuk rokoknya. "Aku sudah selesai makan," lugasnya menyungging senyum.

Sontak ketiga wajah dihadapan Cia dan Chalis bertanya-tanya.

Cia menatap sebal piring kosong Chalis. Ayah, ibu tiri, bahkan adik laki-laki tirinya pun telah menghabiskan kudapan mereka. Hanya piring Cia yang masih penuh, apalagi jika bukan buah kenakalan Chalis.

Andai tidak ada ketiga keluarganya pasti beberapa ronde perdebatan sudah terjadi di sini.

"Guk, guk." Sebubarnya, disusul oleh Nde-nden.

Adik laki-laki tiri Cia menyamperi. "Kak Cia, aku ingin bermain bersama Nde-nden. Boleh tidak?" Bertanya dengan polos.

Mengusap puncak kepala adik laki-laki tirinya. "Boleh. Asal tidak dimarahi Ibu." Ramahnya.

"Ajak main saja! Biar Cia main bersamaku," sahut Chalis.

Berbanding terbalik dengan ibu tirinya, sejak dulu Cia memang berhubungan baik dengan adik laki-laki tirinya.

Anak lugu itu mengangguk dan menjauh dengan saling lomba kejar melawan Nde-nden.

Kornea perak memicingi Chalis. "Memangnya siapa yang mau main bersamamu!" Bangkit, mencampakan pria tersebut sendirian.

"Cia!" Chalis vakum dari tempat. Langkahnya tambah melebar mengikuti Cia yang setengah berlari menyimpangi jalur kamar mereka.

Disebuah indoor kaca beralas rerumputan dan dihidupi lentera taman, tepatnya dikursi panjang berukir abjad 'Cia & Chalis' Cia singgah menyilangkan tangan.

Chalis mendekat sembari menetralisir kekhawatirannya. "Ada apa, Cia-ku?" Menjejeri, mencerup aroma rose dirambut coklat.

"Kenapa kamu melakukan itu? Memalukan sekali!"

"Melakukan apa?"

Cia berdecak muak.

Chalis memetik setangkai mawar di situ dengan hati-hati, lalu diselipkan ke telinga gadis disandingnya. Chalis menggelengkan kepala, kornea hitam tak berkedip menerpanai mimik cemberut yang sama sekali tak berkurang kadar kecantikan itu. "Jangan tinggalkan aku seperti tadi!"

Cia menulikan.

Chalis membantal di pangkuan gadis tersebut. "Aw..!"

Cia terpelik selama sedetik, lantas menceku mulut menyamarkan kekehannya.

"Hey! apa yang lucu?"

Cia menaik-turunkan bahunya cuek.

"Aw..!" Kedua kalinya pelipis Chalis terkena tendangan keras dari rahim Cia.

"Hahaha..." Tak dapat menahan Cia tertawa lepas.

"Kenapa dia hobi sekali menghajarku?"

"Ini pelajaran untuk kejahilanmu, Chalis. Hahaha..."

Chalis terkekeh, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Semacam ada keasyikan tersendiri Cia riang mendengar pekikan Chalis, agaknya lewat situ kejengkelannya bisa terbalas.

***

Di sebuah bilik privat berlingkup samar dan misterius, Chalis meyakini agen berkumis artsy. "Cari tau semua kelicikannya!" Menyembulkan asap rokok yang terendap.

"Kalau boleh tau, apa masalah Tuan dengan beliau?"

Chalis menoreh, menampilkan aura menusuk.

Membuat agen di depannya memundurkan kepala.

"Dia adalah penipu berkedok pria yang dikenal berkat keseganannya. Dan, si brengsek itu lancang merendahkan Cia-ku!"

Menepuk bahu Chalis. "Hahaha... Anda tenang saja, Tuan Chalis. Semua bentuk kejahatan pasti akan terungkap."

Semoga, berikutnya biar Ryan yang merasakan sengsara dan merindingnya penjara.

*◄◊SELESAI◊►*

***

Bubar👏
          Bubar👏
                    Bubar...

😅🤗😅

Well, terima kasih sudah bersudi hati mendukung dan mengikuti cerita Obsesi Sang Penculik. Mudah-mudahan dapat menghibur dan menemani kalian disaat senggang.

Maaf bila ada salah kata/ketik🙏

By Cia:
"Roda terus berputar, begitulah kehidupan."

By Chalis:
"Manusia tidak luput dari khilaf. Sedikit penyesalan, perbanyak perbaikan."

Oh iya, kalau rame request nanti dibikinin extra chapter😁😁

Kasih bonus vote dan komen, dong! Biar lapak ini makin maju+berkarya selalu:)

#Salam untuk para readerku🌹🧡🧡

OBSESI SANG PENCULIK [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang