16. Chapter [P]

1.9K 99 7
                                    

Cast
Nih yang suka anjing bisa buat gemoy-gemoyan;)

CastNih yang suka anjing bisa buat gemoy-gemoyan;)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maltese
Sebagai
Nde-nden

***

"Excuse me."

Berbalik. "Ya?"

Agen berkumis artsy terpegun. "Oh, maaf. Saya salah orang." Ia menyisih pergi. Menyurvei foto yang dia simpan di dalam kantong jaket panjangnya, ia meraup muka.

***

Kicauan burung melagu bagai nyanyian merdu. Seutas cahaya hangat menyeludup melalui rongga-rongga gorden yang menggerai rapi.

Awak molek menggelayut dengan manja merasakan halus dan leluasanya ranjang raksasa. Empat pow memental di atas sana. Dihasut oleh mentari pagi sepasang kelopak yang sayu terbuka, menerbitkan kornea perak. Bibir delima memelar, melepaskan suara serak. "Hay, Nden."

Cia bersila, merengkuh anak anjing itu ke pangkuan. Cia menilik secara silau pada gorden jendela. "Awal hari yang cerah! Ayo kita sapa juga orang-orang di depan sana!" Mengelus bulu-bulu resik Nde-nden.

Tersenyum serta menyapa para pekerja adalah rutinitas Cia. Seiring bersilihnya waktu, wajar jika gadis tersebut mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah ini. Dalam hati ia merasa bungah, pasalnya tak ada yang sebegitu respek apalagi menundukkan pandangan kepadanya.

Seraya membopong Nde-nden tak diduga jangkah Cia melumpuh gemetar. Bulu lentik netranya menguncup terik. Ia menekan dahi. "Sss...!"

"Nona Cia!" Salah seorang pengawal dengan sigap menahan tubuh terhuyung-huyung tersebut, dan memapahnya menuju kamar.

***

Menyandar di kepala kasur dengan bersandang busana yang awut-awutan. Tanpa sadar titik bening merembes dari ratapan kornea perak yang bengkak. "Bagaimana bisa? Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus pulang dengan kondisi seperti ini? Apa yang akan aku katakan pada keluargaku nanti?" Kalimat itu berputar menjadi beban di pikiran Cia. "Hiks..." Tangis sedunya kembali kambuh.

"Cia..."

Cia terbengap, merasa akan kontraksi tangan kekar di ujung bahunya.

Tiada berbuat apa-apa di sisi gadis tersebut Chalis iba. Melihat sikap Cia dalam kurun dua malam terus demikian hanya berbuah makan hati sendiri. Di samping itu pula ia terngiang riset yang diterangkan oleh Dokter.

"Nona Cia mempunyai banyak tekanan. Alhasil, dapat mempengaruhi faktor biologis di masa kehamilannya. Yang terpenting adalah tetap menjaga kesehatan seperti, mencukupi pola makan dan istirahat teratur, agar kebutuhan Ibu dan janin terpenuhi. Yang dapat Tuan Chalis lakukan untuk membantu Nona Cia yaitu, mendampingi, mengingatkan, juga buat dia senyaman mungkin bersama Tuan."

Chalis belum sanggup merealisasikan ujaran dari Dokter. Sejak kemarin Cia tak lelap tidur serta tak beringsut untuk ke ruang makan. Chalis tidak mau memaksa, sebab berakibat menambah buruk metal Cia. Pernah ia mencoba dengan cara lain, tapi pasti berpulih gadis tersebut tak menggubrisnya.

Ya Tuhan, Chalis ingin sekali berteriak.

***

Jejakan vote dan komen, ok! Karena semangat author adalah dukungan dari kalian.

#Salam untuk para readerku🌹🧡🧡

OBSESI SANG PENCULIK [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang