Lena dibawa oleh pria tua itu kesebuah ruangan. Berbeda dengan ruangan sebelumnya. Ruangan ini hanya seluas 4 x 5 meter dengan dinding yang sama yaitu bercat putih.Tapi ruangan kali ini tidak kosong. Terdapat beberapa lukisan, baik yang di gantung ditembok maupun yang hanya berada dibawah lantai. Setidaknya ada sedikit hiburan yang dapat dilihat dibanding ruangan bercat putih polos.
Lena masih berkutik dengan pikirannya. Masih belum seratus persen memahami apa yang sedang ia alami. Berkali-kali ia memukul kepalanya hanya untuk memastikan bahwa yang sedang ia alami hanya mimpi belaka.
"Mama Lena mau pulang. Lena benci disini" lirih gadis itu sambil memeluk lututnya sendiri
"Rara tolongin gue Ra!" Lirih gadis itu lagi
Sejak tadi hanya lirihan dan tangisan yang dapat ia lakukan. Dia tidak tahu waktu masih pagi ataupun malam. Karena tidak ada jam maupun celah untuk melihat keluar.
Beberapa kali gadis itu tertidur dengan tangisan. Dirinya begitu tersiksa, berada diruangan yang entah berantah. 3 jam yang lalu seorang penjaga memberikan ia sepiring makanan. Tapi gadis itu sama sekali tidak menyentuhnya. Sudah lebih dari 24 jam perut itu tidak terisi.
Lena menatap gelang ditangannya. Pernak pernik berbentuk boneka kuning menempel di gelang itu. Lena melepaskannya dan membuangnya ke segala arah.
"Aku benci padamu!" Teriak gadis itu
Lena melepas ikat rambut dengan aksesoris bentuk yang sama dan melemparkannya kembali seperti saat ia melemparkan gelang itu.
Lena membenci dirinya sendiri. Fakta bahwa dirinya begitu fanatik akan BTS dan kenyataan bahwa ternyata idolnya itu adalah seorang pembunuh membuat hatinya terasa tertusuk panahnya sendiri.
"Bodoh Lena! Bahkan semua barang-barangmu mengandung unsur mereka" Lena meremas rambutnya
Gelang yang Lena kenakan, ikat rambut, bahkan gantingan kunci semua berbentuk Chimmy. Photocard yang selalu ia bawa kemana-mana, wajah tampan member termuda itu selalu menemani Lena. Bahkan seluruh kamarnya diisi penuh oleh boneka BT21.
Dan jaket yang sekarang ia kenakan. Jaket kembar yang ia beli bersama Rara hanya untuk menonton konsel idola mereka. Jaket itu bercorak BT 21.
Lena melepaskan jaketnya, meremas jaket itu lalu membuangnya jauh-jauh. Ia tak peduli meski dingin menusuk kulit halusnya. Badan itu hanya berbalut tank top hitam sepinggang. Membuat kulit putihnya terekspos sempurna.
Gadis itu kembali merapatkan lututnya. Menundukkan kepala dan mulai menangis kembali. Memeluk lututnya sendiri untuk mengurangi rasa dingin.
Tit!
Suara pelan terdengar dari pintu ruangan itu. Pintu pada ruangan ini sudah menggukan alat keamaan yang hanya bisa diakses memalui kartu. Cukup tempelkan kartu maka pintu akan secara otomatis terbuka.Suara langkah kaki terdengar jelas mengarah pada Lena. Tapi gadis itu tetap menundukkan kepalanya tidak peduli.
"Aku kesini untuk mengembalikan barang-barangmu nona. Tapi sepertinya kau justru membuang barang-barang yang bersangkutan dengan kami. Ah sayang sekali, percuma aku menyimpan barang ini" tawa kecut pria itu
Pintu ruangan kembali tertutup secara otomatis. Pria itu berjalan menuju Lena. Meletakkan bokongnya di samping kiri Lena. Menghempaskan punggungnya ditembok sebagai sandaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Other Side [BTS MAFIA]
ActionDatang ke konser adalah cita-cita setiap fans bukan? Sama seperti gadis yang lainnya. Seorang gadis begitu fanatik akan BTS. Dan keberuntungan berpihak kepadanya. Sang idola mengadakan konser saat uang yang selama ini ia kumpulkan sudah cukup untuk...