Percuma tinggal bersama,
Jika kehadiranku saja tak pernah di anggap ada
-Reva Talia☘
"Nek aku mau ikut nenek boleh? hiks hiks hiks aku gak kuat nek semua orang benci sama aku mereka tidak mengingikan kehadiranku di dunia ini nek. nenek aku mohon Reva ikut nenek aja ya hiks hiks hiks" monolog Reva pada neneknya yang terhalang oleh tanah ia yakin jika neneknya pasti mendengar semua ceritanya.
Sore ini ini Reva memutuskan untuk berjiarah ke makam neneknya dan seperti biasa ia akan menceritakan semua beban nya kepada sang nenek.
Sembari menangis Reva mengusap gundukan tanah yang basah oleh air hujan tadi malam.
Di lain tempat seseorang sedang mengamati Reva yang sedang menangis tanpa henti. Orang itu adalah Rehan. ia berjiarah kemakam ibu ayahnya yang dikubur satu TPU dengan nenek Reva. di samping mobil putihnya kini ia berada mengamati gadis yang sedang menangis sambil berkali kali mengusap batu nisan. Namun Rehan hanya menatap dari jarak jauh ia tak ingin mengganggu suasana jika ia menghampiri Reva
Usai dari makam neneknya Reva memutuskan segera pulang, ia takut jika ia terlambat pulang maka orang tua nya akan marah padanya.
Taksi berhenti tepat di depan gerbang rumah berwarna putih
"Pak ini ongkosnya makasih pak"
"Sama sama neng gelis"
Reva memasuki pekarangan rumah, ia mengusap kedua pipinya yang basah karena air mata, ia tak mau terlihat lemah di hadapan keluarganya.
belum sampai di dalam rumah lagi lagi ia di hadapkan dengan sebuah masalah, mungkinkah tuhan tidak membiarkan dirinya bahagia walau hanya sebentar saja.
"Elo kan yang udah buat gaun gue sobek? Ngaku lo!" pekik bella sambil melempar sebuah gaun berwarna merah tepat di wajah Reva
" A-aku gak tau kak? Aku gak robekin gaun kaka," ucap Reva membela diri memang benar kenyataannya seperti itu. Memang siapa yang mau disalahkan padahal ia tak salah
" Alah jangan bohong lo, ma pa Reva itu bohong aku liat sendiri kok kalo dia udah ngerobekin baju aku kalo kalian gak percaya tanya aja sama bi inem, ya kan bi?"
"Saya gak tau tuan, nyonya. Maaf saya banyak kerjaan saya permisi ke belakang dulu." Bi inem pergi meninggalkan mereka semua, ia takut salah ngomong dan akan memperkeruh suasana
"Eh bibi mau kemana? Bener kan kalo yang ngerobekin baju aku itu Reva? bi, bi inem kok malah pergi sih ihhh"
"Reva, bener kamu yang ngerusakin baju Bella?"tanya Namira
"Mama juga gak percaya sama aku? Kalian bisa liat sendiri kan kalo aku baru pulang mana mungkin aku bisa ngerobekin baju kak bella" tutur Reva membela diri
"Alah maling mana ada yang mau ngaku"
"Sudah cukup! Reva sekarang kamu masuk ke kamar. Dan Bella nanti papa transfer uang buat gantiin gaun kamu yang rusak" timpal Radit mencoba menghentikan perdebatan antara kedua putrinya
"Pa gak bisa gitu dong, kak Bella yang salah kenapa aku yang di hukum"
"Maksud kamu?" tanya Radit bingung dengan apa yang dikatakan Reva
"Sebelum aku pergi ke makam nenek, aku tadi sempat liat kalo kak Bella sendirilah yang ngerobekin gaunnya.waktu kak Bella mau masukin gaun itu ke lemari tiba tiba gaun itu terkait ujung paku di sebelah lemari kak bella" Jelas Reva
"Pinter banget lo ya memutar balikan fakta. Lo gak denger tadi papa bilang apa? Kalo di suruh kekamar ya kekamar gak usah ngebantah"
"Bella benar, ini hukuman buat kamu karena kamu udah bohongin papa sama mama"
"Tapi itu kenyataannya, kenapa sih gak ada yang percaya sama aku. Kalian semua jahat!"
"Revaa!!" Namira membentak Reva "jaga ucapan kamu,kamu kenapa jadi kayak gini, semakin hari kamu semakin berani sama orang tua. Kenapa? kamu iri sama Bella karena dia lebih pintar daripada kamu? Kamu iri karena dia punya lebih banyak teman di banding kamu,iya? Tapi seharusnya kamu gak ngelakuin ini. Perbuatan kamu ini benar benar kelewatan,mama kecewa sama kamu"ucapan Namira benar benar membuat hati putri bungsunya tertusuk
"Sekarang Kamu sendiri yang kekamar atau harus papa yang paksa?" ucap radit
"Kalian jahat!!"
Di dalam kamar Raina hanya bisa menangis
"Nek mereka semua jahat, mereka gak ada yang percaya sama aku" hiks hiks hiks monolognya dalam hati.
☘
20.10 di rumah Reva
"Bi inem tolong panggilin Reva,suruh dia makan malam!"titah Namira kepada bi inem
"Maaf nyonya dari tadi saya panggil non Reva tapi gak ada jawaban" jawab bi inem dengan nada takut
"Biarin lah ma,nanti kalo dia lapar pasti keluar sendiri" timpal Radit
"Tapi tuan dari siang non Reva belum makan, dia juga gak mau keluar kamar. Saya sudah berkali kali mengetuk pintu kamarnya tapi gak ada jawaban nyonya, saya takut non Reva kenapa napa" ucap bi inem sedikit khawatir
"Coba kita cek pa,perasaan mama kok jadi gak enak" Namira mengajak Radit untuk menemui Reva.
Mereka bertiga berjalan menuju kamar Reva dan mencoba mengetuk pintu kamar sambil memanggil nama Reva
"Reva, Revaaa! Keluar kamu"
Namun nihil. Tak ada jawaban dari dalam kamar
"Kamarnya di kunci bi, bibi punya kunci cadangan gak bi?"ucap mama dengan nada panik
"Gak ada nyonya" jawab bi inem singkat
"Gimana ini pa"
"Mama minggir dulu,biar papa dobrak pintunya"
Radit mendobrak pintu,saat pintu sudah terbuka ternyata Reva tidak ada di kamar dan terlihat jendela kamar Reva sedikit terbuka
"Kurang ajar,beraninya dia kabur" pekik Radit penuh emosi
"Ada apa ini ma pa?" kak Bella datang menghampiri mereka
"Adik mu sayang, adikmu kabur"
"Apa Reva kabur kok bisa ma"kak Bella terkejut mendengar hal itu,ia tak menyangka jika adik satu satunya sangat nekat untuk kabur dari rumah
"Mama juga gak tau"
"Dasar anak tidak tau di untung,awas aja kalo udah ketemu,"umpat Radit kesal
"udah pa biarin,bentar lagi pasti bakal pulang."pekik bella
"Bagaimana ini pa?" tanya Namira
"Mama tenang aja,papa bakalan ngerahin semua anak buah papa buat cari anak itu"
Radit berlalu pergi meninggalkan Namira yang masih mematung di kamar Reva
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor
Teen FictionHujan tak lagi menyenangkan, petrikor tak lagi menenangkan Kenangan itu hilang, ikut tersapu air hujan. Rehan Anggoro, satu nama yang telah berhasil memporak porandakan hatinya