02🍁

41 35 8
                                    

Happy Reading🖤

Pada malam harinya hujan deras mulai membasahi kota angin malam rasanya menembus kulit. semua orang membawa payung untuk melindungi diri mereka masing masing, ada pula yang berlari hanya untuk berteduh.

Tapi tidak dengan Reva, dia malah menari nari di bawah tetesan air hujan, hujan adalah sahabat setianya yang selalu datang saat masa masa kerapuhannya, saat tak seorang pun perduli dengannya termasuk Ira, hujan lah yang selalu menemaninya. Bahkan saat malam hari seperti ini pun Reva nekat keluar hanya untuk menari di bawah hujan tak peduli walaupun besoknya ia harus terbaring sakit. Karena sebenarnya walaupun ia sudah sering terkena air hujan tetap saja ia sakit setelahnya karena daya tahan tubuh nya sangat rendah. Saat ia tengah asik menari bersama hujan, seorang lelaki datang  menghampiri Reva dengan membawa payung ditangannya

"Lo apaan sih, gak usah ikut campur sama hidup gue." Reva mendorong tubuh  Lelaki itu.

Reva pergi, Pria itu hanya mematung menatap punggung Reva yang semakin lama semakin menjauh. Reva pun terus berjalan walau sebenarnya dingin sudah menembus tubuhnya dan ditambah lagi kepalanya juga sangat pusing, namun saat dia mencoba melangkahkan kakinya keseimbangannya hilang dan ia tidak kuasa untuk berjalan

"bruuk,"

Reva terjatuh dan saat itu juga semua terasa sangat gelap.

                                    ☘

Sinar lampu menyilaukan menembus Retina mata seorang gadis yang kini terbaring di brankar rumah sakit. Reva melihat sekeliling semuanya berbeda dengan apa yang terakhir kali dia lihat saat sebelum menutup mata.

"Gue dimana?" Reva memegang kepalanya yang terasa pusing kemudian mengamati sekelilingnya kembali hening tidak ada siapapun. disana hanya dirinya dan selang impus yang yang menempel di tangan kirinya. Bau obat-obatan semakin menyeruak menusuk hidung, hingga tidak lama kemudian seorang wanita muda yang mengenakan pakaian serba putih datang menghampirinya. Dugaannya benar, saat ini ia sedang berada dirumah sakit.

"Sudah sadar?" Tanyanya yang diyakini itu adalah seoarang suster. "Ini obatnya jangan lupa di minum 2x sehari!" lanjutnya lagi

" Saya kenapa sus? Siapa yang mengantar saya kesini?"

"Tadi malam kamu di bawa kesini oleh seoarang pria dalam keadaan pingsan"

Reva menyerngit bingung" seorang pria?"

" Iya, untuk masalah administrasi rumah sakit kamu tenang aja karna dia sudah membayar semuanya, oh ya dia juga menitipkan sebuah surat untukmu. Baiklah kalau gitu saya tinggal dulu obatnya jangan lupa diminum."

"Iya sus makasih".

Dengan rasa penasaran Reva membuka surat itu

To cewe hujan

Tadi malam kamu pingsan, saya tidak tega dan akhirnya saya bawa kamu kerumah sakit.

                                                       Tertanda
                                                Rehan Anggoro
    
"Kak rehan,"gumamnya dalam hati

"Revaaaa!" Teriak seoarang wanita paruh baya dari arah pintu

"Mama?"

"Kamu kenapa lagi sih? mama kan udah bilang jangan main hujan hujanan keras kepala banget kalo di bilangin kerjaan nya nyusahin orang tua aja. kamu tau gak mama itu sampai rela bela belain ngebatalin metting mama,padahal klien mama itu dari luar negeri, semua batal karna kamu masuk rumah sakit." Omel sang mama membuat kepala Reva tambah pusing. Pantaskah seorang ibu mengatakan hal itu pada anaknya yang sedang terbaring sakit?

"Ya tinggal metting aja sih ma, Reva juga gak minta mama buat kesini kan lagian Reva juga udah biasa sendiri." Reva mengalihkan pandangannya ke jendela, ia takut jika air mata nya jatuh tanpa seijinnya

"Kamu tu ya kalo di bilangin orang tua jawab terus, kamu contoh tu kaka kamu dia gak pernah tuh nyusahin orang tua!"

"Itu kan kak bella ma,bukan_"

"Cukup! Jangan ngebantah ucapan mama.sekarang gimana kondisi kamu?"

Huh setidaknya Namira masih ingin menanyakan keadaan Reva. Hal itu membuat hati Reva sedikit hangat

"Reva udah baikan kok ma, dokter juga udah ngebolehin Reva pulang," Ujar Reva sambil tersenyum

"Kalo gitu kamu pulang sekarang dan ini uangnya buat kamu naik taksi!" Namira memberikan dua lembar uang senilai 100 ribu rupiah

"Ma boleh gak sekali aja aku minta mama yang nganterin Reva pulang?" Rengek Reva

"Jangan manja! Mama sibuk, mama harus kekantor"

"Tapi ma_"

"Udah deh kamu kalo di bilangin nurut gitu sama orang tua"

"Iya ma Reva minta maaf"

Dengan susah payah Reva bangkit dari kasur dan segera mengganti baju walau sebenarnya tubuhnya masih lemas, namun ia berusaha terlihat kuat di depan Namira. dengan susah payah Reva berjalan menuju toilet guna mengganti pakaiannya.

Setelah semua dirasa beres mereka keluar rumah sakit menuju taksi berwarna biru yang udah di pesan Namira tadi.

"Ma Reva pulang ya"

"Hmm."

                                    ☘

  
Selama di perjalanan Reva hanya mendengarkan musik lewat earphone yang terpasang ditelinga sambil memejamkan matanya. Ia bosan, benar benar bosan dengan hidupnya sendiri. Terkadang Reva merasa seharusnya ia tidak dilahirkan.

Reva mengambil handphone dari tas nya
Menatap nanar foto yang sempat ia abadikan 2 tahun yang lalu saat neneknya masih bersamanya. Difoto itu dia tampak sangat bahagia bersama neneknya, berbeda jauh dengan yang saat ini dia rasakan, bahkan sekarang dia sudah lupa bagaimana rasanya bahagia. Hidup nya hancur sejak kematian nenek tercintanya.

"Udah sampai neng." Ujar supir taksi itu

Mendengar tak ada jawaban, supir itu pun menoleh ke belakang

"Neng udah sampai, mau turun disini atau dimana?" ulangnya lebih keras

"Oh iya pak disini aja." Ucap Reva kikuk

Karena terlalu sibuk melamun Reva tidak sadar kalau ternyata taksinya sudah berhenti di depan rumah.

Reva yang baru masuk mendengus melihat Ira dan kekasihnya Satya yang masih memakai seragam sekolah tampak duduk santai di sofa ruang tamu rumahnya." Ck, pada gak punya rumah lo pada?"

"Ditungguin dari tadi juga," jawab Ira gak nyambung

"Lo kenapa jadi bisa masuk rumah sakit?" Satya yang semula diam kini ikut membuka suara.

"Panjang ceritanya, kapan-kapan gue certain sekarang gue mau istirahat"

Reva menaruh ponselnya dalam saku lalu pergi begitu saja kekamarnya

"Woy, tu anak gak sehat gak sakit sama sama ngeselin "Ujar Ira

"Temen kamu tuh." Timpal Satya kesal

Ira berlari mengikuti Reva yang sudah berbaring di kamarnya

"Gue dari tadi nungguin lo tau gak" Ira mencebikan bibirnya kesal

"Gue tau, tapi untuk saat ini gue lagi gak nerima tamu. Udah ah lo pulang sana gue mau istirahat nih" Reva merebahkan tubuhnya di kasur empuk miliknya

"Ih lo jahat banget sih sama temen sendiri jug. Yaudah gue pulang nih. By"

Reva terkekeh, meskipun berisik ira adalah teman yang sangat peduli padanya, Reva sangat beruntung empunyai teman sebaik Ira

Setelah Ira menghilang dari balik pintu kamarnya Reva menghembuskan nafas berat.

kini ia merasakan kesunyian untuk yang kesekian kali. Mama, ayah, kak bella semua sibuk dengan urusan nya masing-masing. Bahkan ketika Reva sedang sakit seperti ini tidak ada satupun keluarga yang peduli padanya. Tidak terasa bulir-bulir air mata jatuh membasahi pipinya. Reva menangis dan kebiasaanya setelah menangis pasti ia akan tertidur, karena dengan tertidur Reva bisa melupakan sejenak dukanya.

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang