01🍁

55 37 14
                                    


Reva duduk canggung di meja makan. mata gadis itu menelusuri semua jenis makanan diatas meja namun ia belum ingin untuk menyentuhnya

Namira menyendokan nasi dan meletakkan nya di piring putri sulung nya Bella, tak lupa juga untuk menambahkan lauk berupa ayam goreng kesukaannya

"Ck manja," Reva bergumam pelan namun masih terdengar di telinga bella

"Apa lo bilang," tudingnya menatap Reva tajam

"Apaan? orang gak bilang apa apa juga," jawab Reva sambil tertawa kecil karena berhasil membuat kakaknya itu kesal

"Mah liat itu dia ngatain aku," rengeng bella seperti anak kecil

"Ngatain apa? kuping lo aja kali yang bermasalah. mending lo periksa_"

Radit membanting keras sendoknya hingga berbunyi nyaring. Hal itu membuat semuanya terperanjat kaget. " Reva kamu makan di dapur!"ucapnya

"Lo pah tapi aku kan_"

"jangan ngebantah papa!"

Reva mengangguk dan pergi meninggalkan meja makan dengan perasaan yang kacau. Air mata Reva turun begitu saja, dia menghapusnya dengan kasar dan berlalu begitu saja meninggalkan mereka semua yang sedang makan dengan lahap seperti tak terjadi masalah.

Melihat hal itu membuat Bella tersenyum penuh kemenangan. "mampus lo" batinnya

Bukannya ke dapur Reva malah pergi kekamar. selera makannya hilang begitu saja. Perutnya tiba tiba saja merasa kenyang

Reva berbaring ditempat tidurnya. Dia berkali kali Menganti posisinya untuk mencari tempat ternyaman .

Dikamar Reva menangis kencang, menumpahkan semuanya pada bantal kesayangannya. Dia benar benar lelah, benar benar capek, benar benar begitu hampa. Dia benci pada hidupnya.

                                         ☘

Cahaya matahari pagi memasuki celah jendela kamar Reva membuat dia tersadar dan terbangun. Ia mengucek kedua matanya yang sedikit bengkak, Semalam dia menangis sambil tertidur. Ia melirik jam yang tertempel di dinding yang nyaris menunjukan angka tujuh. Reva kembali mengucek matanya mencoba memastikan apakah yang dilihatnya itu benar dan ternyata pengelihatannya tidak salah. Dengan langkah seribu bayangan ia ngacir kekamar mandi.

Dirasa semuanya sudah siap ia menuruni anak tangga menuju meja makan. Ternyata disana masih sama seperti yang terakhir kali Reva lihat, ada papa,mama dan juga kak Bella.

Reva menghembuskan nafas panjang, hatinya masih kesal karena perlakuan ayahnya tadi malam. akhirnya tanpa mengucapkan sepatah katapun Reva mengambil susu coklat dan meminumnya hingga tandas. Setelah itu ia berlalu begitu saja tanpa menyapa mereka

"Dasar anak tidak tau sopan santun!"Pekik Radit yang masih terdengar jelas ditelinga Reva, namun Reva sama sekali tidak memperdulikannya. Ia malah berlari keluar rumah dengan cepat karena sudah sangat terlambat.

                                     ☘

Suasana diruangan teater cukup ramai. Sonya, Bianca dan Dewi teman sekelas Reva juga ikut latihan. Bukan, bukankarena mereka suka dengan ekskul teater, melainkan hanya karena kata pak Bendi guru ekskul teater,hari ini akan kedatangan pelatih baru yang menggantikannya, karena sebentar lagi beliau akan pensiun.

"Rev lo denger gak kemaren pak Bendi ngomong apa?" tanya Ira penuh semangat

Reva yang sedang memainkan pensilnya menoleh kesumber suara. "lo kira gue tuli apa? Ya jelas lah gue denger, katanya pak Bendi mau pensiun, tapi sebelum lepas jabatan pak Bendi udah cari pengganti buat ngelatih kita." Jawabnya acuh

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang