Hari ini kebahagiaan kembali hadir, kebahagian yang ia ingin dapatkan sejak kecil. Sekarang hidup Reva sudah sangat berubah, kedua orang tuanya sangat perhatian kepadanya bahkan makan saja sekarang ia disuapi.
Reva tak henti henti nya tersenyum saat ibunya menambahkan lauk lagi kepiringnya, yang dulunya hanya khayalan untuk duduk disamping ayahnya kini akhirnya menjadi kenyataan. Padahal sudah 1 minggu Reva bahagia bersama keluarganya tapi rasanya baru kemarin ia membuka mata dan melihat semua keluarganya berkumpul untuknya.
"Besok pernikahan kakakmu kan jadi makan yang banyak biar kamu kuat dan kamu bisa cepat pulih" Ucap Radit membuat Reva mendelik
"Astaga papa yang seharunya makan banyak itu Kak Bella bukan aku kan yang mau nikah kak Bella,lagian apa hubungannya sih makan banyak sama pernikahan Kak Bella?"
"Ya ada dong sayang, kamu kan belum sembuh total, kalo kamu lemes karena kurang makan gimana? Lagian emangnya Bella mau dihari pernikahannya dia kelihatan gendut karena banyak makan?" Gurau Radit
Reva menatap perut Bella yang mulai membuncit" Kalo kak Bella sih tanpa makan banyak pun dia udah gendut ," ujar Reva yang mengundang gelak tawa semuanya kecuali Bella
Bella yang mendengar namanya disebut sebut pun menoleh dengan tatapan maut "Ishh mulutnya ya dijaga!" Bella merajuk merasa menjadi bahan buly
"Udah udah kasian Bella diledekin terus," Ucap Namira membela putri sulungnya
"Ihh gakpapa dong mah kan bentar lagi kita juga bakalan berpisah sama kak Bella," jawab Reva
"Berpisah sih berpisah tapi bukan berati kalian harus ngebully aku juga kan," ucap Bella masih tak terima
"Iya deh maaf, ululu jangan nangis kaka manis," ucap Reva membuat Bella mencebikan bibirnya kesal
"Diih lo kira gue anak kecil apa"
"Udah udah kalo kalian berantem terus, kapan selesai makannya?"
"Kita udah selesai kok mah," Jawab Bella dan Reva yang tidak sengaja berbarengan, kemudian keduanya saling bertatapan
"Nah gitu dong kompak. Yaudah kalian sekarang pergi kekamar, ingat! Langsung tidur karena besok laian harus bangun pagi!"
"Iya ma"
*
Seorang wanita dengan balutan gaun pengantin berjalan menuruni anak tangga menghampiri banyak orang yang sudah menunggunya
Ia berhenti sejenak, mata tajamnya mencari keberadaan,lelaki yang dicintainya mungkin. Apa boleh jika ia masih mencintai Rehan jika didepannya sudah ada Rangga yang sebentar lagi akan menjadi suaminya
"Kak ayo," Ujar Reva yang berjalan mendapingi Bella. Ia menoleh sejenak sebelum menganggukan kepala
Bella duduk disamping Rangga yang sudah siap untuk mengucapkan kalimat sakral
"Bagaimana, apa sudah siap?"
Rangga menarik nafas panjang. Sebenarnya dia tidak pernah untuk menginginkan
tapi bagaimanapun juga ia harus bertanggung jawab atas apa yang telah ia perbuat.
rangga mengangguk mantap lalu mengulurkan tangannya dihadapan penghulu
penghulu mulai membaca bissmillah dan menjabat tangan rangga
"saya nikah kan dan kawinkan engkau, Rangga Syahputra bin Alex Syahputra dengan Bella Anatsha binti Radit Hermansyah, dengan emas kawin dan seperangkat alat sholat dibayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya Bella Anatsha binti Radit Hermansyah dengan emas kawin tersebut dibayar tunai," ujar Rangga dengan lantang dan jelas
"Gimana para saksi sah,"
"Sah,"
setelah itu penghulu membaca doa dan di amin kan oleh semua orng yang ada diruangan itu
"semuanya sudah selesai dan kalian sah menjadi suami istri" lanjut penghulu itu
"Selamat kak Bella," Reva yang pertama kali memberi ucapan
"Bella selamat ya, mama harap setelah ini semua kamu bisa menjadi yang lebih baik lagi"
"Mama maafin aku, selama ini aku gak bisa jdi anak yang baik"
"Huush,, kamu ngomong apa sih, hari ini hari yang bahagia buat kamu udah ah jangan nangis jelek tau"
"Iya nih kak Bella cengeng banget ih"
"Reva sini ikut gue," Ira tiba tiba datang dan menarik tangan Reva
"Om tante, Reva nya aku culik dulu ya," lanjut ira yang masih masih menarik tangan Reva menuju taman belakang
"lo ngapain sih ngajak gue kesini," gerutu Reva kesal
Raut wajah Reva seketika berubah saat Ira tiba tiba saja memeluk tubuhnya tanpa izin
"Ra, are you okay?" tanya Reva
"Lo ngangis," ucapnya lagi saat mendengar isakan dari balik punggungnya. Reva melepas pelukan itu dan benar saja jika sahabatnya itu sedang menangis
"Lo kenapa?" Reva mengusap air mata yang mengalir tak kunjung berhenti di pipi sahabatnya
"Lo yakin mau pindah ke bandung, lo tega ninggalin gue?" tanya Ira, nadanya terdengar parau
Dan detik itu juga Reva menepuk jidat nya
"Lo nangis gara gara itu?" tanya Reva tetapi terkesan mengejek
"Menurut lo, emang lo gak sedih apa pisah sama gue, kita kan udah sahabatan dari kecil,"
Reva menghembuskan nafas kemudian berucap kita masih bisa telponan kan, dan kalo gue bener bener kangen sama lo gue bisa balik ke Jakarta. Udah ah ngapain sih lo pake acara nangis nangis segala, cengeng banget," cibir Reva
"Issh,, lo ya temennya lagi sedih juga bukannya dihibur malah diledekin," gerutu Ira kesal
"Sorry deh,yaudah ntar kalo lo kangen, gue langsung nyamperin lo ke Jarakta, lo tenang aja gue gak bakaln ngelupain sahabat sebaik lo sampai kapanpun kita bakalan jadi sahabat," ucapan itu berhasil membuat ira kembali tersenyum
"Janji,"
"Janji," Reva menakutkan jari kelingkingnya ke kelingking ira sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor
Fiksi RemajaHujan tak lagi menyenangkan, petrikor tak lagi menenangkan Kenangan itu hilang, ikut tersapu air hujan. Rehan Anggoro, satu nama yang telah berhasil memporak porandakan hatinya