Apa artinya keluarga jika merekalah penyebab ku terluka
-RevaHari ini hari yang paling dinanti nanti oleh semua orang. Hari paling sepecial di setiap tahun. Hari yang seharusnya penuh dengan kebahagiaan.
Tapi nyatanya, malam ini Reva lebih memilih mendekam didalam kamarnya. Tanpa hiasan di dinding, tanpa balon balon, tanpa orang orang yang memberi ucapan kepadanya. Hanya ada korek api dan lilin yang masih tergelatak rapi di depannya.
Hp nya ia matikan. Sengaja, ia ingin menikmati kesedihannya sendiri.
Reva menatap kosong jarum jam di kamarnya yang hampir menunjukan pukul 01 dini hari. Ini adalah detik detik ulang tahunnya, hari dimana ia dilahirkan dari rahim ibunya.
"Papa, mama hari ini ulang tahun Reva yang ke 15 tahun apa kalian udah lupa, sekali aja Reva mau ucapan selamat ulang tahun dari kalian! Apa itu sangat sulit bagi kalian?" lirih Reva
Reva menghapus air matanya.tangan mungilnya kemudian mengambil lilin itu dan membakarnya.
Reva menatap lilin itu sendu. kamarnya gelap, ia sengaja mematikan lampu agar cahaya lilin itu dapat menghasilkan bayangan yang bisa ia jadikan teman.
Orang bilang ulang tahun adalah hari yang paling membahagiakan. Tapi fakta yang Reva temui, ulang tahun adalah hari yang paling menyedihkan karena ia harus mengenang hari dimana seharusnya ia tidak usah dilahirkan.
"happy birthday to me,"
"happy birthday to me,"
"happy birthday, happy birthday,happy birthday to me,"
Fuhh...
Reva meniup lilinnya, dan seluruh ruangan menjadi gelap gulita tidak ada setitik cahaya pun yang masuk kedalam ruang kamarnya.
"kapan kebahagiaan itu akan hadir tuhan?"
☘
Hari ini adalah hari minggu, Reva sedikit tak suka dengan hari minggu atau hari libur. Ia merasa sangat bosan di rumah meskipun bisa berkumpul dengan keluarga,tapi menurutnya percuma berkumpul keluarga jika sikap mereka saja selalu dingin. tadi malam ia tertidur sambil menangis, lilin masih berserakan di lantai sisa ia merayakan hari lahirnya sendiri
Dari sekian banyak nya buku novel semuanya sudah selesai di baca. Berhubung Reva masih memiliki sisa uang saku,jadi hari ini Reva memutuskan untuk pergi ketoko buku.
Reva melangkahkan kakinya keluar kamar, dilihatnya Radit sedang duduk di ruang tamu sambil menonton tv. Reva mencoba keluar tanpa izin dari Radit,karena bagaimanapun Reva tidak akan mendapat izin. Reva keluar menyelinap lewat pintu belakang dan ternyata Radit menyadari akan hal itu.
"Reva,mau kemana kamu?"
Reva menghentikan langkahnya "Reva mau ketoko buku pa sebentar"
"Bohong,kamu pasti mau pergi jalan kan sama temen temen kamu!" bentak Radit
"gak pa, Reva cuman mau ke toko buku"
"jangan bohong! sekarang kamu pergi kekamar! Papa gak ngijinin kamu keluar."
"pa, Reva cuman mau pergi ketoko buku sebentar"
"Ada apa ini ribut ribut?" Namira datang dan menghampiri mereka berdua
"Ini lo ma,Reva mau keluar tapi gak minta izin dulu sama papa,pasti mau pergi jalan jalan sama temennya."
"kalo Reva ngomong pasti papa gak mungkin ngebolehin Reva!" Ucap Reva dengan suara yang meninggi
"Cukup Reva! kamu bisa gak kalau orang tua lagi ngomong itu jangan ngebantah. Apa begini kelakuan kamu kalau papa sama mama lagi gak di rumah. Apa ini balasan setelah apa yang papa sama mama kasih buat kamu. Kamu tau, berapa banyak keringat yang udah mama keluarin buat kehidupan kamu."
"Tapi bukan itu yang Reva mau ma! Reva gak butuh harta dari mama sama papa." Nadanya terdengar serak karena menahan tangis sedari tadi
"Beraninya kamu bicara seperti itu,
" plaak"Tamparan keras mengenai pipi Reva untuk kesekian kali,ia pegang pipinya yang terasa panas dan sekarang sepertinya sebentar lagi matanya akan mengeluarkan air
"Marahin aja ma,Reva kan emang anak bandel,"teriak kak Bella dari lantai atas dengan senyum penuh kemenangan
"Ma pa,makasih buat semua keringatnya." Reva berlari ke kamar meninggalkan mereka semua
Dikamar Reva langsung merebahkan tubuhnya,air mata yang sejak tadi di bendung kini tumapah tanpa di minta.
Awan hitam yang sedari tadi mengatung kini tumpah membentuk tetesan air yang perlahan mulai membasahi bumi .Tampaknya hujan kelabu selalu saja membasahi hidup Reva.
Tok tok tok
Suara pintu di ketuk dari balik kamar
"Non,non Reva ini bibi non"
Oh bi inem rupanya
"Masuk bi!" jawabnya dari dalam kamar
" Non ini bibi bikinin susu buat non Reva, diminum ya non."
"Makasih bi"
" Bi kenapa semua orang gak ada yang sayang sama Reva," lanjut Reva
"Non gak boleh ngomong gitu atuh non,masih banyak kok yang sayang sama non Reva seperti bibi dan non Ira."
Bi inem tak tega melihat Reva berbicara dengan pandangan kosong ke depan
Hatinya ikut sakit saat melihat Reva serapuh ini, walau bi inem buka bagian dari keluarganya, tapi bi inem sudah seperti ibu bagi Reva
Bi inem menggeleng, mengusap airmata Reva sekaligus menyentuh pipi merah Reva bekas tamparang papanya
"Bi aku pengen sendiri,aku butuh ketenangan."
Bi inem paham dengan ucapan Reva,ia pun keluar meninggalkan Reva sendiri
Reva kembali terisak,ia menatap nanar nasibnya.
Ia meringkuk memeluk lututnya dan mengambil pisau cutter dari laci di sampingny.tanpa aba aba ia segera mengeluarkan isinya dan menyayatkan ke lengan kirinya,membuat lukisan abstrak di lengannya. Reva masih cukup sadar untuk tidak menggores nadinya.Air mata mengalir diikuti darah segar bercucuran di lengannya. Rasanya Perih dan nikmat secara bersamaan
Tangannya berhenti menggores saat tatapannya mengarah pada sebuah bingkai foto di atas meja.
"Nek, Reva kangen nenek. Reva pengen ikut sama nenek hiks hiks." Reva terisak mengingat betapa bahagianya dulu saat nenek nya masih ada
Plasback on
Seorang gadis kecil sedang berbaring dipaha wanita paruh baya
"Nenek nanti kalo Reva udah gede nenek tetep sayang kan sama Reva, nenek gak akan ninggalin Reva sendiri kan?"
Nenek mengelus rambut lembut Reva sambil tersenyum hangat
"Iya sayang nenek gak akan tinggalin Reva sendiri, nenek akan selalu ada buat Reva. Reva kan cucu kesayangannya nenek," ucap sang nenek penuh kasih sayang
Flashback off
Reva mengusap air matanya yang begitu deras, mengingat betapa bahagianya dulu saat neneknya masih ada, sebelum meninggalkan Reva seorang diri.
Reva lalu memejamkan matanya,membiarkan air matanya mengalir membentuk sungai kecil di pipinya.hingga akhirnya Reva tertidur dengan memeluk sebuah foto. Ia merasa sangat lelah karena menangis sepertinya tuhan tidak akan pernah membiarkan dirinya untuk bahagia.

KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor
Ficção AdolescenteHujan tak lagi menyenangkan, petrikor tak lagi menenangkan Kenangan itu hilang, ikut tersapu air hujan. Rehan Anggoro, satu nama yang telah berhasil memporak porandakan hatinya