"Apa lo nabrak orang!" pekik seorang pria dari balik teleponnya
"Oke oke gue segera kesana" ujarnya lagi
Rehan segera melajukan mobilnya menuju rumah sakit yang telah di jelaskan oleh orang di telepon tadi
Saat sampai Rehan langsung celingak celinguk mencari orang yang telah menelponnya tadi. Lalu tak lama seorang lelaki menghampirinya
"Dia ada di dalam" ucap lelaki tersebut lalu menunjukan ruangan UGD tempat korban kecelakaan tersebut di rawat. Mereka tampak sangat gelisah dan takut, dapat dilihat karena sedari tadi mereka mondar mandir di depan ruangan UGD.
Raut wajahnya semakin menegang kala seorang dokter keluar dari ruangan itu
"Bagaimana keadaannya dok" tanya Rehan panik
"Dia mengalami kritis, apa kalian adalah keluarga korban" Dokter itu bertanya balik
"Bukan dok"
"Kalau gitu kalian harus cepat mengubungi keluarga pasien untuk membayar administrasi rumah sakit" tutur dokter
"Dok apa kami boleh masuk?"
"Silakan tapi jangan terlalu lama karena pasien sedang dalam perawatan"
Rehan mengangguk. Mereka pun memasuki ruangan tersebut. Dan alangkah terkejutnya Rehan saat melihat siapa yang kini sedang terbaring tidak berdaya di brankar rumah sakit itu
Raut wajah Rehan berubah seketika. Keningnya berlipat sempurna dan matanya terbelalak tidak percaya. Keringat dingin mulai bercucuran di keningnya. Ia mundur beberapa langkah meninggalkan gadis yang sedang lemah tidak berdaya di atas brankar.
"Dia yang lo tabrak adalah Reva, orang yang selama ini gue certain ke elo" ujar Rehan, nada suara nya terdengar serak. Kakinya seolah mati rasa bahkan untuk kembali melangkah pun ia tak kuasa
"Apa?"
**
Makan malam terasa hening sekali. Hanya dentingan sendok dan piring yang terdengar di meja makan keluarga tersebut.
"Kemana lagi perginya anak itu, jam segini belum pulang"Radit mencoba memecah keheningan
"Pa dia juga anak kita, papa jangan terlalu kasar sama dia" timpal sang ibu
"Belain aja terus," ketus bella sangat jelas dari sorot matanya tak menyukai Reva
"Pa aku mau ngomong sama papa, juga mama." Radit dan Namira menghentikan kunyahan di mulutnya mereka menatap bella denga serius seolah bertanya apa
"Aku gak mau tau pokoknya papa harus cepet cepet nikahin aku sama Rehan"
"Soal itu kamu tenang aja papa bakal bikin pesta pernikahan yang meriah buat kamu"
"Pokoknya papa sama mama harus buat Rehan berpaling dari Reva" rengek Bella sambil mengaduk ngaduk makanan di piringnya. Egois memang
Radit menaruh sendok di pirinnya dan mengarahkan pandangannya kearah bellla kemudian berucap "apapun bakalan papa lakuin asal kamu bisa bahagia sayang"Radit kembali melanjutkan acara makan malamnya
Suara alunan nada dering telepon keluarga memenuhi ruangan tempat keluarga Radit berkumpul
"Biar mama aja yang angkat teleponnya" Namira menaruh sendok di piringnya kemudian bangkit menuju sumber suara
"Selamat malam"
"....."
"Ya benar saya ibunya Reva ada apa ya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor
Teen FictionHujan tak lagi menyenangkan, petrikor tak lagi menenangkan Kenangan itu hilang, ikut tersapu air hujan. Rehan Anggoro, satu nama yang telah berhasil memporak porandakan hatinya