Bagaimana aku tak jatuh hati padamu
Jika setiap waktu kamulah yang jadi pahlawanku
-Reva Talia☘
Hujan deras membasahi taman kota. Angin malam rasanya menembus kulit seorang gadis yang kini tengah duduk di bangku taman dengan tatapan kosong.
Hanya tangis yang kini menyelimuti Reva, ia tak tau harus pergi kemana. Sangat tidak mungkin jika ia menginap di rumah Ira karena pasti orang tua Reva akan mencarinya kerumah Ira. Jujur kabur dari rumah bukanlah keputusan yang tepat bagi Reva namun keegoisan orang tua lah yang membuat Reva melakukan hal senekat ini.
Di lain tempat sebuah mobil putih melaju di jalan pinggir taman. Namun seketika mobil tersebut berhenti, sepertinya sang pemilik mobil melihat seorang gadis sendirian malam malam di taman, apalagi mala mini cuaca sedang buruk.
"Reva," gumam Rehan setelah mengetahui bahwa gadis tersebut adalah Reva. Ia pun menghampiri Reva di taman, tak peduli walau kini bajunya telah basah kuyup
"Kamu ngapain hujan hujanan begini di taman sendirian?" tanya Rehan kepada Reva
Tak ada jawaban, Reva terus saja memandang kedepan dengan pandangan yang kosong
"Sekarang sudah malam,ayok saya antar kamu pulang,kasian orangtua mu pasti sekarang lagi cemas karena kamu belum pulang,"lanjut Rehan. ia ingin mengantar Reva pulang
"Aku gak mau pulang." Reva akhirnya mau berbicara walaupun suaranya terdengar serak
"Terus kamu mau kemana? Ini sudah malam apalagi sekarang lagi hujan deras nanti kamu bisa sakit." Tapi lagi lagi Reva hanya diam,membuat Rehan semakin bingung harus melakukan apa
"Oke kalo gitu kamu ikut saya. Saya tinggal di apartemen dekat sini,kamu tenang aja saya gak akan ngapa ngapain kamu."Rehan tak bisa melakukan apapun selain mengajak Reva ikut bersamanya. Dan akhirnya Reva mau ikut dengan Rehan.
☘
Rehan tinggal seorang diri di Apartemen. Ia sebenarnya punya saudara kembar yang bernama Devan lengkapnya Devan Anggoro, tapi semenjak ayahnya Bayu dan ibunya Ranti telah meninggal dunia karena kecelakaan,Devan memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya di luar negeri karena ia tak sanggup jika harus hidup di tempat yang memiliki banyak kenangan dengan orang yang sangat di sayang. Saat itu mereka masih kelas 3 SMP, hal yang sangat menyedihkan tentunya di usia yang baru menginjak remaja sudah merasakan kehilangan orang yang paling di sayang.
Apartemen dan juga mobil adalah harta peninggalan dari kedua orang tuanya. Sebenarnya orang tua mereka mempunyai sebuah perusahaan tapi karena mereka sekarang masih SMA jadi perusahaan itu di jalankan oleh om Bendi, adik dari ayahnya Rehan sekaligus mantan Guru teater Raina. Itulah alasan mengapa pak Bendi lebih memilih lepas jabatan.
Kini mereka telah sampai di apartemen,sebenarnya Reva sedikit ragu ketika memasuki pintu apartemen, tapi ia punya pilihan lain selain ikut dengan Rehan
"Kamu tunggu di sini saya akan mengambilkan kamu handuk dan baju ganti."
Rehan berjalan ke kamar untuk mencarikan baju yang cocok di tubuh Reva
"Ini handuk dan bajunya,kamu pakai baju saya saja." Rehan memberikan baju miliknya kepada Reva
Setelah berganti baju Reva duduk di sofa ruang tamu dengan tatapan yang kosong dan mata sendu
"Ini teh hangat untuk kamu." Rehan memberikan segelas teh hangat yang baru saja dia bikin
" Maaf kak, Reva udah banyak ngerepotin kakak," seru Reva
"Reva jika saya boleh bertanya kenapa kamu gak mau pulang kerumah?"
" A-aku kabur kak" jawab Reva pilu
" Apa! Kamu kabur?" ulang Rehan
Tidak ada sahutan, namun Reva terus menatap Rehan
Tes
Air mata jatuh di pipi cubby Reva, tanpa rasa ragu Rehan langsung membawa Reva ke dekapannya, Reva mengeratkan pelukannya. Wajahnya ia tenggelamkan di bahu Rehan, ia menangis sesenggukan. Rehan terus mengelus lembut kepala Reva hingga hampir 1 jam Rehan membiarkan semua ini berlalu, ia tau bahwa gadis yang sekarang di dekatnya sedang tidak baik baik saja.
☘
Cahaya matahari memasuki celah jendela kamar bernuansa putih. Reva menggeliat sambil sesekali mengucek matanya.
"Hmm harum banget,tumben bi inem masak sepagi ini," Gumam Reva seraya bangkit dari kasur menuju sumber aroma masakan yang sangat harum dan sepertinya pas untuk mengisi perutnya yang sedang lapar.
"Eitts, tunggu tunggu kek nya ini bukan kamar gue, dan kasur? What! Gue tidur di kamar siapa?" Reva mencoba mengingat apa yang terjadi tadi malam
"Astaga, gue sekarang di rumah kak Rehan?"
"Iya, kamu tidur di apartemen saya. Ini makan saya udah masakin nasi goreng." Ucap Rehan dari ambang pintu sembari membawa sepiring nasi goreng kemudian menaruhnya di atas meja.
Rehan berlalu begitu saja
"Auuh sakit"
Ringis Reva saat menyadari kebodohan yang telah ia ciptakan sendiri yaitu menampar kedua pipinya.
"Jadi tadi malam itu semua nyata, gue gak mimpi," gumamnya sesaat
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor
Ficção AdolescenteHujan tak lagi menyenangkan, petrikor tak lagi menenangkan Kenangan itu hilang, ikut tersapu air hujan. Rehan Anggoro, satu nama yang telah berhasil memporak porandakan hatinya