20🍁

16 11 1
                                    

Seulas senyuman paksa menghiasi pria itu. Dia meraih tangan gadis itu yang terlihat sangat pucat sebelum menempelkan dipipinya. Dia mengecup tangan itu dan mengusapnya pelan seakan memberi kekuatan untuknya bertahan.

Ia ikut merasakan sakit saat melihat gadisnya tak berdaya dihadapannya itu. Tadinya ia berfikir bahwa keadaan gadisnya itu sudah mengalami kemajuan tapi ternyata ia salah, gadis itu masih terlelap dalam tidurnya.

Andai ia tahu jika akhirnya akan seperti ini, mungkin dari awal ia akan memilih untuk tidak mengenal gadis ini. Penyesala n tingggallah penyesalan, semua sudah terjadi.

"Hai,"

Dari sekian banyaknya kata yang ingin diutarakan baru satu kata itu yang keluar dari mulutnya

Dia lelah karena rasa bersalah itu tak henti menghantui fikirannya. Ia sadar semua ini terjadi karena salahnya. Dia merasa tak pantas untuk bersama gadis itu lagi. Mungkin sudah saatnya kini ia pergi

"Sampai kapan kamu mau tidur?" dia mengusap pelan pipi gadis itu. Harapan besar dalam dirinya agar gadis itu segera bangun dari tidur lamanya, walau ia tahu saat gadis itu bangun mungkin tidak akan mengenalinya lagi. Ia hanya orang asing yang dulu sempat singgah dihatinya

Dia menghembuskan nafas pelan. Ia tak punya waktu banyak, ayah gadis itu akan segera datang dan jika sampai melihatnya itu akan menambah masalah.

"Aku pergi ya, jaga dirimu baik baik. Kalau suatu hari nanti ingatan kamu udah kembali, tolong jangan pernah membenci diri sendiri karena itu akan membuatku sakit." Meskipun tak dapat jawaban dari gadisnya, senyuman itu tak memudar sama sekali dari bibirnya

Laki laki itu melepas genggamanya lalu bangkit meninggalkan gadis yang terbaring sendiri itu.

Sepeninggalan Rehan, Radit datang bersama keluarganya membawa sebuah tas kecil berisikan pakaian.

"Papa mau cari makanan, mama mau makan apa?" ujar Radit sambil merapikan tasnya disofa

"Teserah," Jawab Namira dingin

"Yasudah nanti papa belikan nasi goreng, mama mau?"

Namira hanya mengangguk sebagai jawaban, semangat hidupnya telah hilang semenjak Reva kecelakaan,ia merasa sangat bersalah atas apa yang Reva alami. Dan Bella, semejak ia mengakui kesalahan yang telah ia perbuat, kedua orang tua nya tidak lagi memperdulikannya lagi, mereka terlalu kecewa atas apa yang diperbuat putri sulungnya.

Saat Radit ingin keluar, pintu tiba tiba dibuka oleh seseorang membuat ia mengurungkan niatnya untuk membeli makanan.

"Om,tante" Ira yang datang karena menerima kabar dari Bella membeku di ambang pintu

Ia meneteskan air mata melihat banyak selang yang terpasang ditubuh Reva

Ira membekap mulutnya tak kuasa menahan isak tangis. "Reva kenapa lo bisa kek gini Rev. ini pasti gara gara kalian semua kan! Seandainya dari dulu kalian selalu sayang sama Reva mungkin semua ini gak akan terjadi! Dan kak Bella, kenapa kakak tega ngambil semua kebahagiaan Reva, dari kecil Reva gak pernah bahagia dan saat Reva bisa bahagia karena cinta, kak Bella rusak semuanya. REVA SAKIT KARENA KALIAN! REVA MENDERITA KARENA KALIAN!" Ira berteriak karena emosi, siapapun akan emosi jika melihat perlakuan keluarga Reva kepadanya

"JAGA BICARA KAMU!" ucap Namira marah

"Kenapa tante, ini semua emang benar kan?" tangis Ira semakin keras, ia menunduk dengan tangan terkepal kuat

"Reva selalu bilang sama aku kalo dia kesepian, dia pengen kalian selalu ada buat Reva, dia pengen seperti anak pada umumnya dan dia juga selalu iri sama kak Bella. Tapi yang kalian lakukan malah sebaliknya" lanjutnya dengan nada yang melemah

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang