[21] Indecisive

364 62 17
                                    

"DARAAAA!!!" Naya berteriak histeris, "Dara, Dara, Dara!!" gadis itu kembali memekik. Naya yang hari itu memakai cardigan rajut berwarna pink menghempaskan seluruh berat badannya ke kursi di sebelah Dara, lantas memeluk temannya yang tengah mendengarkan lagu itu.

Suasana kelas pagi itu terbilang lengang, namun beberapa anak mencuri-curi pandang ke arah Naya, membicarakan apa yang baru saja terjadi. Naya yang menyadari banyaknya tatapan yang mengarah padanya semakin frustasi.

"Daaar..." Naya merengek lagi, "Daraaaaa..." pelupuk matanya mulai terisi air. Tapi dasar Naya yang jaiman, nangisnya ditahan.

"Apaa? Udah?" tanya Dara. Cewek itu masih belum ngeh kalo Naya udah cirambay dan berusaha masukin kembali air matanya ke dalam biar gak jadi nangis.

Iya lah. Orang salah dia sendiri, masa dia yang salah dia yang nangis.

Naya bangkit dari posisinya yang membungkuk memeluk Dara. Gadis itu lalu menarik nafas sebelum menjawab pertanyaan Dara. "Gak jadi.."

Alis Dara berkerut. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali dengan tidak mengerti, lalu melepas sebelah headsetnya, dan menatap Naya. "Apanya yang gak jadi?"

"Putusnya," jawab Naya. Oke, Naya tahu kalau dia dan Brian nggak exactly bisa dibilang putus karena sampai beberapa menit lalu mereka nggak jadian. Tapi karena nggak ada bahasa lain yang lebih cocok, jadi Naya pakai kata 'putus' aja, oke.

"Hah?" Dara masih nggak ngerti, "bentar bentar, kok bisa? Bukannya kemarin lo jadi pergi?"

"Iyaa, kemarin tuh, jadi pergi. Tapi sebelum gue ngomong, Mbak Yati nelpon, katanya Mbul muntah lagi. Jadi gue pulang kan, terus jemput Mbul, terus ke vet. Nah terus, tadinya gue mau ngomong pagi ini, jadi gue nyamperin Brian ke kelasnya, terus -"

"Cieeee Nayaaaa, congrats yaa! PJ nya dong PJ!" Dena, salah satu teman sekelas mereka berdua berujar seraya melewati barisan meja Naya dan Dara. Dena merupakan salah satu siswi yang ikut ngintip di kelas Brian tadi, jadi gadis berambut ikal itu mengetahui seluruh kejadiannya.

"Naya," panggil Dara dingin. Cewek itu punya feeling kalau sahabatnya baru aja melakukan sesuatu yang bego maksimal. "Explain." katanya lagi.

"CIEEEEEEE NAYA CIEEEEE!" Segerombolan anak laki-laki yang baru masuk kelas menyoraki Naya sebelum gadis itu sempat menjelaskan pada Dara.

Naya melirik segerombolan anak laki-laki itu dengan ngeri, soalnya dia jadi keinget gimana di kelas Brian tadi semua orang membentuk lingkaran besar dan menatap mereka berdua. Jiwa jiwa pemalu Naya meronta-ronta.

Tapi, tau nggak, apa yang lebih ngeri daripada diliatin anak sekelas? Fakta kalo dia nerima Brian karena terpaksa.

Ngeri banget, bunda. Naya takut kena karma.

"Nay, explain please, kok malah bengong sih?" suara Dara membuyarkan Naya yang tengah sibuk berpikir. Gadis itu mengalihkan pandangannya dari segerombolan cowok-cowok tadi, lalu menatap Dara dan mempersiapkan diri buat digebuk karena ketololannya.

"Gue malah ditembak sama Brian," kata Naya.

"Lo nggak terima kan?" Dara denial. The fact that udah beberapa orang nge cie-cie in Naya barusan aja udah nunjukin jawaban apa yang Naya kasih ke cowok itu.

"I'm sorry,"

Dara istigfar. Kalo aja si Naya bukan temen dia dari lama dan dia nggak sayang sayang amat, udah dia tukar tambah sama teh kotak di kantin.

Cewek itu mengembuskan nafas kasar, lalu mengalihkan pandangannya ke luar jendela, merenungi kenapa bisa temannya ini melakukan sesuatu yang jelas jelas memperibet dirinya sendiri.

Sweet Chaos [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang