[5] Halo, Naya.

1.2K 128 11
                                    

Brian menekan tombol yang bergambarkan gembok di kunci mobilnya sesaat setelah turun dari kendaraan berwarna hitam itu dan menutup pintunya. Cowok itu lantas menarik pegangan pintu, mengecek apakah sudah benar-benar terkunci, baru setelah itu berjalan masuk ke gedung sekolahnya yang masih ramai karena bel belum berbunyi. Siswa-siswi masih berkeliaran disekitaran koridor panjang tempat Brian berjalan sambil menenteng handphone ditangan dan tas converse berwarna hitam di bahu kirinya. Sesekali, beberapa orang menyapanya yang tentu saja Brian jawab dengan ramah.

"Briaaan!" Sapa seorang cewek berambut panjang dari sisi kanan koridor. Rambutnya yang masih basah membuat titik titik di seragam putihnya yang begitu ketat.

"Aduh, baru keramas ya lo?" tanyanya. "Kek kunti kejebur di sumur." Ejek Brian.

"Eh, sembarangan!" Gadis itu menjawab, diikuti pukulan ringan pada bisep Brian. "Gue nggak sempet hairdryeran, kesiangan. Lo sih pake pindah rumah segala, jadi aja gue nggak bisa nebeng mesti nungguin Mang Ujang yang ngaret mulu itu."

"Biarin wlee gue bukan supir lo." Bri melet, lalu segera berlari sebelum gadis itu sempat mengejarnya dan naik ke lantai dua, dimana kelasnya berada.

Cewek itu adalah Kaneisha, dan Brian terlibat suatu hubungan yang sangat aneh dengannya. Kalo orang bule sih, biasanya menyebut itu sebagai platonic relationship, atau suatu hubungan dekat yang tidak melibatkan physical maupun sexual desire. In other words, Brian sama Kaneisha sahabatan yang nyaris kelihatan kayak pacaran tapi sebenernya baik Brian maupun Neisha sama sekali nggak punya keteritarikan untuk pacaran dengan satu sama lain. In other words lagi, Brian pernah ditolak Neisha karena Neisha nggak tertarik buat pacaran sama fakboi macem Brian dan memilih untuk menjadikannya teman saja. Tadinya Brian dan Neisha tinggal di satu komplek perumahan yang sama sebelum keluarga Brian memutuskan untuk pindah rumah karena ayahnya merasa kalau rumah mereka saat itu kejauhan dari pusat kota dan macet banget.

Brian berbelok ke kelasnya, 11F, tempat entah kenapa, temen-temen sekelasnya lagi membentuk lingkaran di pojok belakang kelas kayak lagi melakukan penyembahan setan. Cowok itu melempar tasnya dengan asal ke atas meja, lalu ikut nimbrung.

"Ada apaansih?" tanyanya.

"Bri, pas, pas banget sini sini." Juna menariknya mendekat.

"Menurut lo, gue move on ke siapa?"

Brian mengernyit. "Gak jadi balikan sama Alysia?"

Temannya itu memang bercerita kalau dia baru putus sama pacar tiga tahunnya seminggu lalu. Gila, gercep juga ni anak. Tapi ya, Brian juga akan melakukan hal yang sama sih, sama Juna. Mereka adalah tipe-tipe orang yang Cuma bisa move on kalau udah punya substitute. Tapi nggak seminggu juga, bos.

"Nggak ah. The feelings aren't there anymore. Dia juga katanya lagi dideketin sama Andhika."

"Hm. Tadi udah nyebut siapa aja?"

"Syahla, Anjani, Aera, Sherly, Nisa, Nadya... hmm.. siapa lagi tadi?" Juna malah balik nanya sama temen-temennya.

"Aninda." Jawab Bimo.

"Aretha sama Zahra juga." Devan menimpali.

"Buset lo ngabsen apa gimana sih? Abis dong segitu banyak lo gak mau semua mah?" Brian geleng-geleng kepala.

"AHHHH GUE TAU. LO PASTI SUKA YANG INI!" Arya tiba-tiba heboh sendiri seakan baru aja nemu terobosan paling mutakhir.

"Siapa?" tanya Juna antusias. Cowok itu bahkan sampai condong ke arah Arya dari tempat duduknya diatas meja. Dikit lagi ngegedubrak sama meja-mejanya, Brian mikir.

Sweet Chaos [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang