[22] A Day I Would Like to Remember

479 58 26
                                    

Pagi itu, seperti pagi-pagi normal di rumah Naya, sudah terdengar bunyi-bunyi pertengkaran dari lantai atas. Tidak lain dan tidak bukan, suara suara tersebut berasal dari kedua kakak tertua Naya, Adzka dan Dirga, yang lagi-lagi rebutan kamar mandi.

Pelajaran ya teman-teman, yang benar itu kayak Naya. Get ready itu jangan m-15 sebelum kalian harus pergi. Jadinya rusuh gradak-gruduk.

Lama-lama Naya gunting deh selang shower kamar mandi itu biar mereka pakai kamar mandi yang lain. Heran, gak mau banget pakai kamar mandi bawah.

Naya yang lagi bikin sarapan di lantai bawah cuma bisa geleng-geleng kepala. Lagian, minggu-minggu gini, mereka berdua mau kemana coba? Buru-buru banget. 

Gadis itu sedang sibuk mencari kotak sereal di kitchen set di atas kepalanya saat didengarnya derap langkah kaki menuruni tangga. Ia mendongak, lantas menemukan figur Dhaksa,  dengan kaos hitam dan boxer motif berdiri menatap balik ke arahnya.

"Hii, mowning," sapa Naya.

Mas Dhaksa cuma ngangguk, terus lanjut turun tangga sambil gesek gesek mata.

Habis itu, Naya dan Dhaksa lanjut menyiapkan sarapan masing masing dalam keheningan yang aneh.

Naya, sambil numpahin susu ke mangkuk yang sudah ada serealnya, bingung. Soalnya, perasaan dia nggak bikin salah deh sama Mas Dhaksa, kok kayaknya Mas Dhaksa marah ya, sama dia?

Cewek itu kemudian menggeleng pelan. Nggak ah, gak ada alasan buat Mas Dhaksa marah sama dia, inimah paling Naya overthinking aja.

Naya lalu duduk di meja makan, berhadapan sama Dhaksa yang lagi ngambil nasi goreng buatan Mbak Yati ke piringnya.

Terus, tiba-tiba, cowok itu bilang, "Ya, Mas tau loh."

Oh iya. Naya lupa kalau dia belum bilang tentang Brian ke Mas Dhaksa.

:))))))))))

Kelar ni idup Aya.

Tapi tentu saja, Naya mengeluarkan jurus keongnya sebelum menjawab dengan sebenarnya. "Hah?"

"Mas tuh dari kemarin-kemarin nungguin Aya ngomong sama Mas, tapi sudah mau seminggu Aya gak bilang-bilang juga." katanya sambil mengunyah nasi gorengnya.

"Apaansi?" Naya masih pura-pura nggak ngerti.

Maksudnya, Naya udah punya suspicion sih kalau yang diomongin Dhaksa ini hubungannya dengan Brian, tapi, incase ternyata bukan, Naya kan nggak mau ngambil resiko bocorin.

Dhaksa mendengus, "gak usah 'apaan-apaan,' Aya juga tau maksud Mas apa," katanya judes, "yakali seheboh itu Mas bisa gak tau. Mas-nya Aya tuh gak tuli."

Di seberang Dhaksa, Naya yang sudah yakin kalo dia busted, mengomel dalam hati.

Kayak,  'hhhh anjir yaudah iya.'

"Ya, Aya sih kalo Mas bisa nggak tau, mending Mas gak tau," katanya jujur.

Respon gadis itu menyulut emosi Dhaksa. Mata cowok itu membelalak, "KOK GITU?!"

Cuy, Dhaksa merasa dikhianati. Seumur hidup, diantara keempat anak Ayah dan Bunda, Dhaksa paling dekat dengan Naya karena umur mereka yang tidak berbeda jauh. Begitu pula sebaliknya. Seumur hidup mereka, Dhaksa jadi yang paling tau tentang Naya, dan Naya jadi yang paling tau tentang Dhaksa.

INI KOK TIBA TIBA DEDEK KECILNYA JADI TUKANG BOHONG???????

"Ya emang kenapa? Aya kan udah gede. Yang pacaran Aya, ya urusan Aya. Kalo Aya nggak mau bilang sama Mas juga kan itu hak Aya." kata cewek itu songong, masih sambil ngunyah-ngunyah froot loopsnya. 

Sweet Chaos [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang