Lantas, pesan yang dikirim Dara mengirim mereka berdua ke salah satu pusat perbelanjaan. Sekarang, Dara lagi sibuk muter-muterin Zara buat mencari dress putih yang bisa dia pakai ke pesta ulang tahun ke-17 Nadya. Emang gitu, Dara, kebiasaan. Padahal Naya tau kalau Dara paling nggak punya satu dress putih yang sebenarnya bisa dia pakai tapi Dara pasti merasa kalau Dress itu udah out of date. Tapi, ya udah lah ya, duit juga duit bokapnya Dara. Terserah Dara mau ngapain.
"Ini lucu nggak?" Dara menarik sebuah dress putih berpotongan A-line yang pendek se lutut dengan kerah peterpan berwarna hitam.
"Lucu, tapi kayak buat ke mall." Komentar Naya. "Oh iya, gue lupa belum cerita kan, jadinya." Lanjut gadis yang sekarang memakai overall corduroy pink dan sweater garis garis warna pastel didalamnya itu. Ia mengibaskan rambut panjangnya yang dijepit itu ke belakang.
"Eh iya, apa apa, mau cerita apa?" Dara langsung excited. Dia udah mikir kalau Naya punya stok gosip baru, tapi apa yang keluar dari mulut Naya berikutnya jauh lebih shocking daripada gosip manapun di dunia ini.
"HAH?? APA?? ULANG." Pekiknya begitu dia mendengar kalau Naya bilang kayaknya Brian lagi ngedeketin dia.
"SSTT, Dara, malu." Naya cepat-cepat membekap mulut Dara yang lemes itu sebelum semua mbak mbak Zara yang lagi bertugas menatap ke arah mereka. "Iya, kayaknya Brian lagi ngedeketin gue, deh." Lanjutnya.
"Hah, gimana? Kok bisa? Dari kapan? Terus lo gimana? I demand every detail of the tea." Cerocos Dara.
"Iya, waktu it, pokoknya nggak lama dari yang dia mecahin kaca itu, gue kan nungguin gocar kan, karena nggak pulang sama Mas Dhaksa. Terus gue sendirian tuh di gerbang, lagi ujan-ujan pula. Eeh tiba-tiba ada dia terus dia ikut duduk sama gue, nggak tau ngapain, padahal dia bawa mobil dan jelas-jelas mobilnya di parkir didepan mata gue."
Dara mengangguk-angguk sebagai respon. Cewek itu mendengarkan dengan antusias meski sambil menatap berkeliling, mencari dress yang belum ia temukan.
"Terus abis itu kan ga ada payung, terus nggak ada Abah juga kayaknya lagi neduh." Abah itu tukang parkir yang kerja di sekolah Naya. "Ehh terus dia mayungin gue ke gocar, mana payungnya kecil lagi, jadi mepet banget."
"HAHAHAAH, omg, kayak drama." Komentarnya.
"Terus abis itu inget gak sih, yang Tiara sama Amel berantem di rakbar?" tanya Naya.
"Iya iya, inget kenapa?" Dara meraih dress putih lainnya, yang kali ini tidak memiliki lengan dengan motif bunga-bunga kecil. "Btw, maaf oot, tapi lucu gak ini?"
Naya mengangguk. "Lucu."
"Oke gue cobain abis ini. Oke lanjut."
"Terus kan gue malu ya soalnya anjir posisi gue deket banget sama mereka, sumpah bukan gue yang ngelakuin tapi gue yang malu anjir. Semua orang tuh bener bener natap ke arah mereka terus karena gue deket kayak ngerasa mereka natap gue juga. Gila, gue nggak kuat menghadapi semua tekanan itu makanya terus gue mau cabut, udah ga kondusif juga." Naya menarik nafas setelah becerita panjang lebar itu. "Eh terus kayaknya gue kemunduran terus hampir nabrak Brian gitu, dia di belakang gue soalnya. Terus ditahan gitu sama dia terus dia malah maju gitu nyet palanya ke samping gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Chaos [Discontinued]
Teen FictionKanaya pernah dengar orang bilang, kalo lagi pusing dihadapin sama dua pilihan, 'follow your heart, but take your brain with you.' Kalau otak Naya ketinggalan di rahim Bunda terus hatinya nggak bisa memilih, gimana? Ya chaos dong, bos.