"Emang adek gue brengsek semua." - Adzka.
.
.
.
🧁🧁🧁
Kanaya mematut dirinya didepan kaca. Gadis berambut panjang itu mengambil catokan panas yang ia taruh di lantai di sisinya lalu mulai menggulung ujung ujung rambutnya supaya curly. Ia telah menghabiskan waktu setidaknya 45 menit didepan kaca, dan ini masih pukul enam. Masih ada setengah jam lagi sampai waktunya berangkat ke sekolah. Bukan tanpa alasan Naya mulai bersiap sangat pagi, apa lagi kalau bukan karena menghindari abang-abangnya yang pasti akan segera memperebutkan kamar mandi rumah mereka yang jumlahnya cuma ada tiga ini.
Selesai dengan rambutnya yang sekarang rapi, mengkilap, dan curly di ujung itu, Naya turun ke lantai satu rumahnya setelah menyapukan bedak tipis ke seluruh permukaan wajahnya. Sekotak froot loops dan sekotak susu UHT sudah tersedia di meja sebagai sarapan. Gadis itu lantas duduk di meja makan, menumpahkan sereal ke mangkok, lalu menuang susu.
Inget ya, sereal dulu baru susu. Siapapun yang melakukan hal itu secara kebalikan bakalan di kutuk jadi congcorang sama Naya.
Adalah sebuah keajaiban kalau jam enam pagi rumah Naya masih tenang. Which, actually, make her wonder. Ini abang-abangnya gak pada pulang apa ya semalem?
Naya baru aja mau buka grup WA keluarganya buat memastikan mereka ada di rumah atau enggak (Soalnya, semalem aja Naya chat gak ada yang jawab Cuma di read doang,) ketika terdengar suara derap kaki dari lantai atas yang menuju ke tangga terdengar. Nggak lama, Dhaksa, anak ketiga di keluarga Naya, terlihat di tangga. Cowok yang hanya setahun lebih tua darinya itu tersenyum kecil waktu melihat Naya yang sedang sibuk mengunyah serealnya.
"Pagiii, Mamas Dhaksa yang paling cakeup sejagad raya." Gombalnya.
Dhaksa yang emang pada dasarnya nggak banyak bicara itu mengangguk. "Ada telor ga, Ya, di kulkas?" tanyanya.
"Mas makan telor mulu pantes kentutnya bau." Ujar Naya, bukannya menjawab pertanyaan Dhaksa.
Kalo pada titik ini lo nyangka kalau ini adalah sebuah cerita tentang sepasang anak ABG yang nikah muda karena Naya manggil Dhaksa dengan 'Mas,' lo salah besar. Atau kalo lo tiba tiba menyimpulkan kalo Naya dan Dhaksa ini wong jowo, lo juga baru aja melakukan kesalahan.
Nggak. Naya nggak nikah sama Dhaksa. Bukan juga orang jawa. Terus, kenapa manggilnya Mas?
Soalnya, Naya punya tiga kakak laki-laki. Dan mereka semua punya nama yang ribet ribet. Kakak pertamanya namanya Adzka. Coba bayangin kesulitan apa yang harus Naya tempuh untuk nyebutin pelafalan huruf 'd' dan 'z' yang ada di satu kata itu kalau Adzka beneran dipanggil Adzka. Kakak keduanya bernama Dirga. Nggak susah-susah amat sih, tapi karena Naya males ribet, Dirga juga nggak pernah berakhir dipanggil Dirga. Kakaknya yang terakhir, yang paling ganteng dan lagi duduk didepan Naya sambil menatap nanar seraya berpikir apakah dia pagi ini mau sarapan sereal aja yang nggak ribet atau mau effort bikin telor setengah mateng, adalah Dhanadyaksa Athalla. Honestly, Naya tuh paling belet kalo soal nyebut-nyebutin nama orang yang susah kecuali namanya sendiri. Sekarang aja, even setelah namanya diperpendek jadi Dhaksa, menurut Naya nama itu masih susah dan nggak kayak nama-nama kebanyakan. Makanya, untuk mempermudah dirinya sendiri, Naya dan Bunda-nya memutuskan untung memanggil Adzka dengan Kakak, Dirga dengan Abang, dan Dhaksa dengan Mas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Chaos [Discontinued]
Teen FictionKanaya pernah dengar orang bilang, kalo lagi pusing dihadapin sama dua pilihan, 'follow your heart, but take your brain with you.' Kalau otak Naya ketinggalan di rahim Bunda terus hatinya nggak bisa memilih, gimana? Ya chaos dong, bos.