[10] Still Love Him

503 57 12
                                    

Seorang Celine Pevensie tak bisa tenang saat ini juga. Ia tak bisa jika hanya diam saja melihat sahabatnya sedih seperti tadi , itu cukup menyakitkan baginya. Ia juga tak bisa hanya mengandalkan seorang Harry Potter saja. Dan sekarang ia kehilangan jejak keduanya.

"Oh, dimana mereka berdua pergi!" Serunya diperjalanan lorong-lorong Hogwarts. Ia terus berjalan entah kemana. Bahkan ia sudah mencari keduanya di perpustakaan tapi tidak menemukan apa-apa kecuali buku-buku yang sangat indah dipandang itu.

Dan kali ini mencoba melangkahkan kakinya ke menara astronomi. Mungkin saja mereka berdua ada disana bukan? Siapa tau?

Saat Celine sudah sampai tepat di menara astronomi yang ia temukan bukanlah teman perempuannya yang berambut coklat keemasan ataupun laki-laki berambut hitam dengan kacamata bulatnya. Ia malah menemukan sosok bersurai pirang platina yang lengkap dengan jas hitamnya.

Lelaki itu sontak menoleh ke arah tangga dimana saat ini Celine berdiri.

"Aku pikir Gryffindor sedang merayakan kemenangannya berkat Weaselbee."

***

Laki-laki bersurai platina itu tengah berdiri tepat di pinggir pagar menara astronomi. Angin yang berhembus kencang menerpa kulit pucatnya yang semakin hari semakin pucat ditambah cuaca salju saat ini.

Anak laki-laki itu tengah bergelut dengan pikirannya sendiri, Ia belum bisa menjalankan misinya dan kini ia mencoba mencari cara lain untuk melakukan tugasnya itu.

Ini semua membebani dirinya sendiri. Andai saja ayahnya tak ikut dalam komplotan mengerikan itu, ini semua tidak akan pernah terjadi padanya.

Sekarang Draco menutup kedua matanya lalu menarik nafasnya dan ia hembuskan secara perlahan. Entah kenapa saat ia menutup matanya yang terlintas dipikirannya pertama kali adalah seorang gadis dengan mata birunya yang indah dan rambut coklatnya yang sedikit bergelombang.

Celine menempati pikirannya saat ini.

Draco membuka matanya. Sejak diperintahkan oleh ibunya untuk menjaga gadis malang itu, Draco sering memperhatikanya diam-diam tanpa sepengetahuan siapapun bahkan gadis itu sendiri.

Sejujurnya dari lubuk hati paling dalam, Draco lebih suka memikirkan Celine dari pada semua tugas menyedihkan yang harus ia kerjakan. Gadis itu lebih menarik daripada misinya.

Draco cukup senang ketika mendapat kesempatan untuk berbicara dengannya walaupun dalam keadaan yang dapat dibilang tidak cukup baik. Semenjak gadis itu menerima tawarannya ia lebih sering mendapatkan kesempatan untuk berbicara walau hanya singkat.

Tanpa tersadar Draco menyunggingkan senyum tipisnya. Sialan. Ia menepis pikirannya tentang ia menyukai gadis ini. Dirinya sudah dibuat gila hanya karena memikirkan gadis yang ia benci, sebenarnya tak sepenuhnya benci.

Tapi seseorang pernah berkata 'Benci dan cinta itu hanya berbeda tipis' bukan?

Sampai suara langkah membuyarkan lamunannya membuat ia menoleh ke arah tangga. Dimana gadis yang baru saja menghantui pikirannya berdiri disana.

"Aku pikir Gryffindor sedang merayakan kemenangannya berkat Weaselbee," Ucap Draco secara tiba-tiba dengan sedikit menampilkan seringainya.

Gadis itu memutar kedua bola matanya malas, "Maaf menganggu waktu bersantaimu, Tuan Malfoy."

Celine hendak pergi dari sana sampai suara Draco menghentikannya.

"Jangan!" Seru Draco.

Celine menatapnya dengan ekspresi kebingungan.

"—M-Maksudku aku hanya bercanda. K-Kau boleh ada disini. Kau ingin mengobrol sebentar?" Tawar Draco dengan sedikit gugup dan cemas akan apa yang dipikirkan gadis itu tentangnya.  Tapi ia mencoba menutupinya dengan wajah angkuhnya.

Love and DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang