"ARGHHH!"
"STOP IT BELLATRIX!" Teriak Narcissa dengan air mata yang sudah tidak dapat ia bendung lagi.
Seorang ibu mana yang tidak akan sedih melihat anak semata wayangnya disiksa seperti apa yang ia lihat di depan matanya. Draco tengah merintih kesakitan di atas tanah akibat mantra yang dilontarkan oleh Bellatrix.
Sedangkan Bellatrix hanya merotasikan matanya malas sembari memainkan tongkatnya di bawah dagunya. "Ini hanya latihan, Cissy. Ia bahkan gagal untuk membunuh Dumbledore walaupun sudah banyak berlatih mantra mantra kecil itu!" Ucapnya dengan sedikit marah di akhir.
"Dia anakku, ponakanmu Bellatrix! Kau tak bisa memperlakukan dirinya seperti itu!" Bentak Narcissa, ia berjalan mendekat ke arah Draco yang terduduk di tanah taman belakang manornya.
"Dia tak ada bedanya dengan suamimu itu, pengecut! Aku bahkan ragu menganggap nya ponakanku," Cibir Bellatrix membuat mata Narcissa terbelalak.
"Bella—"
"Apa?" Bellatrix meletakkan kedua tangannya di kedua pinggangnya dan menatap Narcissa dan Draco nyalang.
"K-Kejadian itu sudah berlalu," lirih Cissy sembari membantu Draco untuk duduk, kemudian langsung merengkuh tubuh anaknya. "Lagi pula dia sudah dapat apa yang diinginkannya, Dumbledore mati, itu kan tujuannya!"
"Tapi tetap saja tugas itu diperintahkan untuk anakmu!" Bentak Bellatrix dengan tatapan menyeramkannya.
Beberapa saat kedua wanita bersaudara itu saling melontarkan tatapan nyalang. Bellatrix pun akhirnya mengangkat bahunya acuh kemudian berbalik untuk masuk ke dalam manor dengan loncat loncat seperti orang gila.
Narcissa kembali beralih pada Draco, ia menangkup kedua sisi wajah anaknya dengan lembut. "Maafkan mother."
"Tidak, mother. Aku tidak apa-apa," Ucap Draco. Kemudian ia mencoba untuk berdiri namun ia kembali meringis ketika merasakan perih dari mantra tadi muncul di sekitar perutnya.
"Aku akan menyembuhkan lukanya terlebih dahulu."
"Tapi aku ingin—"
"Setidaknya mengurangi rasa sakitmu itu," tuntut Narcissa.
Draco menggigit bibir bawahnya menahan sakit kemudian mengangguk. "Di bawah pohon sana saja, setelah ini aku akan menemui Celine."
"Tidak di kamarmu saja?"
"Tidak."
"Baiklah."
Narcissa memapah tubuh Draco menuju pohon yang ada di dekat manornya itu. Sebenarnya dia kurang setuju karena akan membuat baju Draco kotor, namun sepertinya anak satu satunya itu ingin cepat cepat menemui seseorang.
Setelah keduanya duduk di bawah pohon tersebut, Narcissa membuka kancing kemeja Draco satu persatu. Ia langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya karena melihat luka yang ada di tubuh Draco.
Lukanya seperti luka bakar yang cukup panjang dan cukup parah. Entah mantra apa yang dilontarkan oleh Bellatrix kepada Draco, dan sepertinya ini mantra buatan dirinya sendiri.
"Astaga, Bellatrix sungguh keterlaluan!" Maki Narcissa kemudian dengan cepat ia mengeluarkan tongkatnya. Ia mencoba merapalkan mantra penyembuh yang ia tahu, setidaknya itu bisa mengurangi sakitnya dan lukanya sedikit.
Sebenarnya jika ingin sembuh total setidaknya Draco harus meminum ramuan penyembuh dan mengoleskan salep walaupun butuh waktu beberapa hari. Tapi sepertinya Draco tidak ingin karena ia sudah memiliki rencana pergi setelah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Death
FanfictionCeline Abrianna Pevensie. Hidupnya dibayang-bayangi oleh kematian. Orang-orang yang ia cintai selalu meninggalkannya di waktu bergantian. Orang tuanya, keluarganya, temannya dan bahkan kekasihnya yang sampai sekarang masih ia cintai dibunuh oleh par...