Celine menolehkan kepalanya ke samping kanannya, mengalihkan bacaan bukunya dan menatap laki-laki di sampingnya. Saat ini dia dan Draco tengah berbaring di atas lantai perpustakaan, kepala mereka bersejajar namun dengan arah yang berlawanan. Celine menghadap pintu di timur dan Draco menghadap perapian di barat.
(Anggap ujung ruangan itu adalah perapian, Draco dan Celine berbaring di tengah tengah sana)
Celine curiga, sesampainya Draco ke mansion, laki-laki itu tak banyak bicara. Itu bagus sebenarnya, ia bisa lebih tenang untuk membaca bukunya. Namun baginya terlihat aneh karena Draco tidak mengatakan sepatah pertanyaan untuknya agar memiliki topik.
Menutup bukunya sedikit keras dengan satu tangannya kemudian ia letakkan di atas perutnya. Melipat kedua tangannya kemudian menatap langit langit perpustakaan ini yang terdapat lukisan 'Empat Pevensie Bersaudara'.
"Kau diam hari ini. Ada apa?" Tanya Celine masih menatap ke atas.
Draco hanya meliriknya. Ia kembali menatap lukisan atap lagi. Kalian tentu bisa menebak apa yang membuat laki-laki itu lebih diam dari biasanya.
"Tidak apa-apa. Hanya sedikit... Bimbang," Jawabnya.
Celine mengerutkan keningnya tak paham. "Apa yang membuatmu bimbang?"
"Entahlah. Rasa bimbang itu terus menghantuiku tapi aku tak tau karena apa." Bohong. Tentu dia tau apa yang membuatnya bimbang.
Bimbang antara meninggalkan gadis ini atau tetap bersamanya.
Jangan salah paham, Draco memang sudah membuang rasa egonya untuk mendapatkan Celine sebagai 'lebih dari teman' atau bisa dibilang 'menjadi seorang kekasih'. Ia mengikhlaskannya. Berteman dengan Celine sudah lebih dari cukup untuknya. Namun, rasa sayangnya kepada Celine memang jauh dari hanya sekedar 'teman'.
"Aneh."
Draco hanya tersenyum tipis mendengarnya. Lalu ia mencoba mengalihkan topik. "itu empat Pevensie bersaudara ya?" Tunjuknya pada atap langit langit perpustakaan tersebut.
"Iya." Celine menatap lukisan atap itu. Terlihat nyata baginya, ia seperti ada dalam lukisan itu. Lukisan itu bergambar empat Pevensie bersaudara yang tengah menaiki kuda, mencoba mengejar seekor rusa. "Itu ilustrasi mereka jika di dunia lain."
"Aku ingin melihat wajah asli mereka," Celetuk Draco.
Celine melirik Draco lagi, kemudian ia mendudukkan dirinya. "Aku akan menunjukkannya."
Dahi Draco berkerut, ia melihat Celine berdiri kemudian berjalan menuju perapian. Akhirnya ia pun ikut bangkit dan berjalan mengikuti gadis itu.
Sampai depan perapian, Celine meletakkan bukunya di atas perapian tersebut. Menarik sebuah kain yang menutupi sebuah figura tepat di atas perapian itu. Cukup berdebu membuat Celine dan Draco terbatuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Death
FanfictionCeline Abrianna Pevensie. Hidupnya dibayang-bayangi oleh kematian. Orang-orang yang ia cintai selalu meninggalkannya di waktu bergantian. Orang tuanya, keluarganya, temannya dan bahkan kekasihnya yang sampai sekarang masih ia cintai dibunuh oleh par...