Langit Hogwarts mulai menggelap, badai dan petir terlihat dari langit. Semua murid Hogwarts diharapkan untuk masuk kembali ke dalam asrama. Sementara itu, Harry dan Profesor Dumbledore baru saja Ber-Apparate ke Menara Astronomi setelah dari pencarian Horcrux milik Voldemort.
"Kita harus ke Hospital Wings untuk menemui Madam Pomfrey," Ucap Harry khawatir yang sedang memapah Profesor Dumbledore yang kesakitan. Dumbledore mengarahkan Harry untuk duduk di sebuah bangku disana.
"Severus... Severus yang aku butuhkan," Ucap Dumbledore sambil menahan rasa sakitnya. "Bangunkan dia dan katakan apa yang terjadi."
"Jangan bicara pada orang lain... Severus, Harry."
Saat Harry mulai melangkahkan kakinya menuju tangga, terdengar suara langkah dari bawah membuatnya berhenti dan menatap Dumbledore dengan khawatir dan takut.
"Bersembunyi di bawah, Harry. Jangan ketahuan orang lain atau berbicara tanpa seizinku. Apapun yang terjadi tetap bersembunyi di bawah."
"Harry lakukan perintahku," Ucap Dumbledore. Harry masih diam menatap Dumbledore tapi cepat-cepat Dumbledore meyakinkan laki-laki itu. "Percayalah."
Harry langsung melangkahkan kakinya menuju bawah lantai menara Astronomi. Dan ia melihat Draco yang berjalan di tangga menuju Profesor Dumbledore sambil menodongkan tongkatnya dengan ketakutan yang sangat besar.
"Selamat malam,Draco," Sapa Profesor Dumbledore pada Draco dengan santai. "Apa yang membawamu kemari di malam musik semi ini?"
"Siapa lagi yang disini? Kudengar kau berbicara," Ucap Draco dengan tajam sambil terus berjalan dan menodongkan tongkatnya.
"Aku sering berbicara sendiri keras-keras dan itu sangat berguna."
Harry berjalan di bawah sana untuk melihat lebih jelas wajah Draco. Ia dapat melihat musuhnya sejak mereka menginjakkan kakinya di Hogwarts sedang ketakutan. Bahkan tubuhnya gemetaran.
"Apa kau pernah berbicara sendiri, Draco?"
Harry juga dapat melihat wajah Profesor Dumbledore. Kakek tua itu bahkan tidak terlihat takut sama sekali akan apa yang akan terjadi padanya nanti. Harry tetap waspada dengan tongkatnya yang ada di tangannya.
"Draco... Kau bukan pembunuh—"
"Bagaimana kau bisa tau aku? Aku bahkan sudah melakukan hal yang mengejutkanmu," kata Draco dengan suara yang bergetar ketakutan.
"Dengan memantrai Katie Bell dan berharap dia membawakan kalung itu padaku? Menggantikan sebotol mead dengan racun?" Tanya Dumbledore yang masih saja dengan kesantaiannya. "Maafkan aku, Draco. Menurutku itu tak berguna karena kau melakukannya tanpa keteguhan hati."
"Dia percaya padaku! Aku yang terpilih!" Draco menarik lengan kemejanya ke atas dan memperlihatkan tanda kegelapan pada Dumbledore.
Dumbledore dian tak merespon apapun selama beberapa saat, ia menatap Draco dengan tatapan seolah-olah mengerti isi pikiran anak laki-laki di depannya ini. Dumbledore tersenyum tipis, "Apakah 'dia' sudah tau tentang ini Draco?"
Draco mengerutkan keningnya, "Siapa 'dia' yang kau maksud?"
"Celine Pevensie."
Mendengar nama Celine disebutkan membuat Harry sedikit terkejut. Ia menatap Profesor Dumbledore dan Draco secara bergantian. Bagaimana bisa Dumbledore mengetahui sesuatu hal tentang Celine dan Draco?
Tubuh Draco tambah bergetar ketika mendengar nama Celine disebutkan. Gadis itu masih ia kurung dalam gudang kecil tak terpakai itu agar Pelahap Maut tak mengetahui keberadaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Death
FanfictionCeline Abrianna Pevensie. Hidupnya dibayang-bayangi oleh kematian. Orang-orang yang ia cintai selalu meninggalkannya di waktu bergantian. Orang tuanya, keluarganya, temannya dan bahkan kekasihnya yang sampai sekarang masih ia cintai dibunuh oleh par...