Kakinya tak ingin berhenti untuk melangkah di dalam kamar bernuansa putih saat ini juga. Menggigit kuku jari jarinya resah. Hatinya benar benar tidak bisa tenang kali ini hanya karena seorang Draco Malfoy.
Hal hal yang sudah ia lalui bersama Draco Malfoy mengubah semuanya. Mencoba membuat laki laki itu nyaman memang tujuan awalnya, namun semakin kesini rasanya itu seperti bukan rencana lagi untuknya.
Rencananya, ia akan memanfaatkan Draco agar laki laki itu bisa membawanya keluar dari mansion ini, kemudian ia bisa kabur darinya dan bertemu para orde mengatakan kalau dirinya baik baik saja. Ia sangat ingin membantu mereka untuk melindungi Harry dan juga dunia sihir seperti yang dilakukan oleh orang tuanya. Begitu rencananya.
Alih alih hanya Draco yang akan merasa percaya dan nyaman dengan Celine, gadis itu pun juga merasakan hal yang sama kepada laki-laki itu. Celine merasa nyaman ketika berada di dekat Draco, dan Celine tak dapat memungkiri itu. Seharusnya tidak berjalan seperti itu, ini sama saja ia mendapatkan karmanya sendiri.
Setiap laki laki itu menatapnya lembut ada sensasi tersendiri yang ia rasakan dalam tatapan matanya. Celine menyangkal kalau dirinya menyukai Draco, ia hanya merasa kalau dirinya sebatas teman hanya itu, tidak lebih.
Permasalahannya saat ini adalah Celine takut, takut menyakiti perasaan Draco jika laki laki itu tau semua rencananya. Apalagi kalau Draco akan tau bahwa dirinya hanya sebagai boneka penolong untuk Celine.
Anggap saja Celine tak teguh pendiriannya kali ini, namun satu hal yang ia yakini untuk melanjutkan rencananya. Ia tak akan melupakan kalau yang membunuh kedua orang tuanya adalah Bellatrix, bibi Draco sendiri.
Ia mendudukkan dirinya di tepian kasur sambil memegang kepalanya yang sedikit pusing.
"Apa yang harus aku lakukan," lirihnya.
Suara ketukan pintu membuat Celine mendongakkan kepalanya. Itu pasti Draco pikirnya. Dan benar ketika ia sudah mendengar suara laki laki itu memanggilnya lalu meminta izin untuk masuk ke dalam kamar dan Celine mengizinkannya.
Sosok Draco muncul dari balik pintu, kemudian ia masuk dan tak lupa menutup pintunya kembali. Senyuman kecil terlukis di wajah tampannya, namun seketika luntur melihat wajah Celine yang terlihat tidak baik baik saja.
Pria itu berjalan mendekat kemudian duduk di samping si perempuan. "Hei, ada apa? Apa kau sakit?" Tanya Draco lembut.
Celine hanya menggeleng lemah. Melihat perlakuan Draco yang tulus padanya hanya membuat hatinya kembali sakit. Draco tidak pantas mendapatkan apa yang menjadi rencananya, tapi rasa emosi dendamnya masih ada dalam dirinya.
"Aku tak apa hanya saja..." Celine mencoba mencari cari alasan dengan menatap seluruh ruangan kamarnya. Sampai ia melihat sebuah tanggalan dan alasan masuk akal terselip di otaknya. "Aku hanya sedih tak bisa menemui Harry, beberapa hari lagi ulang tahunnya," Bohongnya dan membuat ekspresi wajah sedih.
Draco mengangguk mengerti, ia merangkul tubuh Celine, memeluknya. Pelukan Draco nyaman, mengingatkannya pada semua pelukan orang terdekatnya. Celine semakin tidak bisa mengontrol perasaannya jika Draco sangat tulus seperti ini.
"Potter pasti tidak menunggu hadiahnya, ia hanya ingin memastikan kau baik baik saja. Kau sangat penting baginya," Jelas Draco.
Celine melirik untuk mendongak ke arahnya sejenak, kemudian ia kembali menatap kaki kakinya yang menapak lantai. "Kenapa kau berfikir aku sangat penting bagi, Harry?"
Draco menunduk, tapi dia tidak dapat melihat wajah Celine karena gadis itu juga menunduk. Ia mengusap rambut Celine dengan lembut, lalu menempelkan sisi kanan pipinya ke atas kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Death
FanfictionCeline Abrianna Pevensie. Hidupnya dibayang-bayangi oleh kematian. Orang-orang yang ia cintai selalu meninggalkannya di waktu bergantian. Orang tuanya, keluarganya, temannya dan bahkan kekasihnya yang sampai sekarang masih ia cintai dibunuh oleh par...