Satu bulan.
Sudah satu bulan laki-laki yang tengah terbaring di sampingnya ini berada disini selama itu, menemaninya. Tidak izin dengan orang tuanya, tidak pulang ke manornya. Ia menetap di Pevensi Mansion selama ini.
Gadis itu tak tau bagaimana kabar orang tua si pria, pasalnya selama ini tidak ada yang datang kesini untuk mencari atau menjemputnya.
Draco yang sekarang ini terlihat lebih tenang ketika tertidur. Namun hal yang paling menyita perhatiannya, wajahnya tak sesuram dulu, mata pandanya berkurang. Ia lebih sehat daripada sebelumnya.
Ia mulai bangkit dari tidurnya kemudian sedikit menunduk untuk menatap wajah si pria. Salah satu tangannya terangkat untuk mengusap surai pirang platinumnya dengan lembut. Menatapnya dengan tatapan mata yang tidak dapat dijelaskan.
Kini giliran dirinya yang dilanda rasa bimbang, gelisah,dan takut. Draco mengubah perasaannya padanya selama satu bulan ini. Hingga membuat Celine 85% ragu untuk melanjutkan rencananya.
Ia tak ingin membuat Draco kecewa, karena dirinya sendiri tau bagaimana rasanya dikecewakan dengan orang yang benar benar dipercaya.
Ngomong-ngomong tentang hubungan keduanya, apakah mereka resmi menjadi sepasang kekasih? Jawabannya tidak.
Setelah kejadian di perpustakaan waktu itu keduanya semakin dekat, lebih dekat jika dikatakan hanya sebatas teman. Namun keduanya tidak saling mengungkapkan perasaan satu sama lain ataupun meresmikan hubungan mereka.
Itu bagus bagi Celine, ia tidak perlu repot-repot lagi jika rencananya berhasil. Setidaknya ia tidak semakin menyakiti Draco Malfoy.
Celine menyingkapkan selimut yang menutupi tubuh mereka kemudian turun dari ranjangnya, berjalan menuju keluar kamar untuk mengambil sarapan. Oh iya, sebelumnya jangan berpikir macam macam. Mereka hanya sekedar tidur bersama di ranjang yang sama karena Celine tak tega melihat Draco yang masih dilanda mimpi buruk. Tapi terkadang ia akan tidur di kamar tamu sendiri jika mimpi buruk tidak menimpanya.
***
Celine membawa dua gelas susu hangat ke kamarnya dengan hati-hati. Sebelumnya ia sudah meminta tolong kepada Winter untuk membawakan dua piring waffle ke kamarnya. Karena tak mungkin Celine akan membawa semua itu dengan kedua tangannya. Tidak memiliki tongkat membuat dirinya sedikit kesulitan menjalani hidupnya sehari-hari.
Sampai kamar ia melirik ke arah ranjang miliknya lagi. Yang benar saja, Draco masih meringkuk di atas ranjangnya dengan selimut yang semakin menyelimuti tubuhnya sendiri.
Celine hanya bisa menghela nafas dan menggelengkan kepalanya. Satu bulan bersama Draco membuatnya seperti seorang single parents yang sedang mengurus anak tunggal. Ia harus lebih memiliki sifat sabar yang extra kali ini.
Meletakkan kedua gelas susu tadi di atas meja kemudian ia berjalan menuju sisi samping Draco. Ia sedikit mengguncangkan tubuh lelaki itu. "Draco, bangun. Aku sudah membawakan sarapan untukmu," Ucapnya dengan suara sedikit berbisik.
Draco hanya menggeliat di tempatnya dan masih tidak mau membuka kedua matanya. Hal itu sedikit membuat Celine geram.
"Draco, wake up!" Ia mengguncangkan tubuhnya lagi. "Wake up!!!"
"Hei, matahari sudah nampak! Dasar kerbau!" Ucapnya lagi dan kali ini ia sedikit menarik-narik rambut pirang Draco.
Celine terperanjat ketika tangannya yang sedang mengguncang tubuh Draco tiba-tiba ditarik oleh lelaki itu. Dan berakhir Celine terjatuh di atas tubuh Draco karena pria itu menariknya dan malah memeluknya.
Kepala Celine sempat menubruk dada Draco membuatnya meringis, tak lama ia mendongak untuk menatap wajah Draco dengan mata sayunya dan senyuman tipis yang ditujukan untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Death
FanficCeline Abrianna Pevensie. Hidupnya dibayang-bayangi oleh kematian. Orang-orang yang ia cintai selalu meninggalkannya di waktu bergantian. Orang tuanya, keluarganya, temannya dan bahkan kekasihnya yang sampai sekarang masih ia cintai dibunuh oleh par...