Happy Thursday Readers Mate~
Episode lima datang, nih!
Cuma mau bilang aja kalau Pai sangat suka karakter dan visual dari Yud-yud haha~
Dan di part ini Yudi cukup dapet scene banyak, meski gak sebanyak main lead sih. Eh, emang main lead-nya siapa sih?
Sebelum Pai pamit, boleh tahu gak? Adakah kosa kata baru yang Readers Mate dapet dari baca Expert Mate? Soalnya harapan crew mate cerita ini juga bisa nambah ilmu buat kalian semua >_<
Okey, itu aja dari Pai~
~Selamat membaca~
Seliwer aroma masakan Mbok Yah belum menggoda nafsu makanku. Nanti, aku masih asyik membalas pesan Vivi yang bilang kalau dia mau menjadi informanku untuk Kevin.
Sebelum asal ceplos menembaknya begitu saja, aku perlu tahu banyak hal dan tak kusangka Vivi adalah sekutu yang berguna. Sungguh, calon peneliti seperti Vivi memang tidak bisa diremehkan! Bahkan sumber gosip pun sudah ia pastikan valid sesuai metode ilmiah.
Aku sendiri hampir tujuh belas tahun dan tidak akan mengulang kekhilafan masa lalu. Setelah mendapat pencerahan sana-sini, setidaknya aku tahu bahwa nembak cowok yang baru dikenal termasuk kategori nekat, sedikit punya malu.
Oh, sudahlah, waktu itu aku masih bocah. Mungkin terlalu optimis bakal diterima –kenyataannya diterima juga. Namun, kali ini jelas lain. Kevin yang tetap sedap dipandang meski sedang mengupil jelas berbeda dengan Baim. Dia pasti bukan cowok yang tergagap gugup saat kutembak lalu asal mengangguk.
Tidak menutup kemungkinan juga kalau Kevin sudah punya pacar. Itu gawat, tapi rasanya lebih gawat kalau Kevin masih ....
"Kevin free-sepik, Bell! GASSS!" seru Vivi dari pesan suara yang ia lepas. Ayunan kakiku di bawah meja terhenti seketika. Waduh? Masa iya? Cowok seganteng itu masih saja jomlo? Jangan-jangan ....
Jangan-jangan Kevin tipe ambis yang tidak mau pacaran sebelum sukses? Ah, mungkin saja, terlihat dari roh kecerdasannya yang begitu kinclong dan terawat. Dia pasti punya keseriusan besar untuk menyiapkan sesuatu demi masa depan.
Entah kenapa paru-paruku terasa menciut seketika. Bayangan jadian dengan Kevin dalam waktu dekat tiba-tiba sirna, yang terasa aneh karena ... targetku sebenarnya hanya Kevinez, 'kan?
"Sarapan, Non! Sudah Mbok kemaskan juga buat bekal. Yah, hari ini ada olahraga, pulang sore juga, 'kan?" tegur Mbok Yah menjadi yang paling tahu soal kesibukanku.
"Iya, Mbok ... Makasih. Biar dingin dulu," jawabku acuh tak acuh karena bising di kepalaku lebih riuh.
"Yah, Non, sambil dikipas saja! Daripada kesiangan," imbuh wanita setengah abad lebih itu. Perhatiannya tidak pernah berkurang meski aku sudah bukan balita yang baru belajar jalan.
Kadang aku tak pernah merasa kehilangan mama karena pengasuhku sejak kecil ini hampir mengabdikan sisa hidupnya untuk keluarga ini, untuk mengasuh dan mengawasiku sepenuh hati, sementara papa di seberang lautan sana menyelesaikan studi.
Rasanya juga tidak terlalu adil karena hingga banyak rambut Mbok Yah yang memutih, aku tak pernah memanggilnya dengan nama asli. Karena sedikit-sedikit bilang 'Yah', kami sekeluarga menyebutnya begitu, Mbok Yah ... dan ia sendiri tidak pernah protes.
![](https://img.wattpad.com/cover/259493416-288-k779754.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Expert Mate
Teen FictionHai, aku Bella. Hidupku mulai seru sejak ketiban ensiklopedia waktu SMP dulu. Bagai ketiban berkah, aku bisa melihat roh kecerdasan orang lain setelah itu. Sejumlah prestasi kudapat dengan memanfaatkan mereka, sementara roh kecerdasanku sendiri? Tid...