EPISODE 22 - Win

1K 356 180
                                    


"Yah ... Non Bella, hari ini sekolah libur, lho!" tegur Mbok Yah saat aku hadir di meja makan dengan rambut setengah mengering.

"Iya, Mbok ... sekarang hari Minggu, Bella juga udah tahu!" jawabku. Sekarang hari Minggu dan 'Datang ke rumah sebelum jam sembilan' adalah kata-kata Kevin yang paling kuingat semalam. Yap, aku ada janji menemuinya!

"Wah? Tumben libur sekolah Non tetep mandi pagi!" imbuh orang tua itu, untuk pertama kalinya berhasil menohokku dengan kata-kata, lanjut memberondongku dengan 5W+1H.

Mau ke mana, bareng siapa, ada keperluan apa, pulang jam berapa, naik apa, dan bla bla bla ... Daripada seperti asisten rumah tangga, dia lebih mirip guru bahasa Indonesia! Memangnya agendaku pagi ini bakal jadi teks berita?

"Yah, soalnya Non Bella cuma dandan cantik kalo mau keluar sama Mas Baim. Kalau bukan balikan, berarti ... Non mau ketemuan sama Mas Pengganti. Iya, 'kan?" tanya Mbok Yah dan otomatis tawaku pecah. Mas Pengganti dan tak terganti ... diam-diam hanya bisa kuamini dalam hati.

Dandan berjam-jam dan menyadari kehebohan yang tak semestinya, aku malah terdiam lama dan kembali ke pertanyaan Mbok Yah. Sebenarnya aku diundang untuk apa? Jika tak salah ingat, ini masih seputar misi berbagi aset pengetahuan itu, 'kan?

"Santai aja, enggak usah bawa apa-apa! Cek share loc dari aku ya!" kata Kevin dari pesan suaranya.

"Di rumah kamu ada siapa aja?" Pesan terakhirku itu hanya bertanda satu centang abu-abu.

Jawabannya baru kutahu setelah sampai di kediaman Kevin sendiri. Sekitar lima menit naik ojek, akhirnya aku tiba di alamat yang dia tunjukkan. Sebuah daerah padat penduduk dengan gang sempit menyelinap di antara rapatnya rumah-rumah.

Jika tanpa panduan rute, mungkin aku tak akan pernah sampai di rumah dengan pagar yang dipenuhi tanaman hias ini. Gerbangnya yang separuh terbuka memperlihatkan penuhnya teras dengan ... jajaran sandal anak-anak? Hei, bukan berarti Kevin punya adik sebanyak ini, 'kan?

Salah satu bocah yang keluar membuang botol susu menyadari keberadaanku, buru-buru masuk ke dalam setelah kulambai tangan akrab.

"Mas Guru! Di luar ada penculik!"

Keributan di dalam rumah pecah setelahnya, sementara lambai tanganku berubah jadi kepal. Cantik-cantik begini dibilang penculik ... TADI ITU ANAK SIAPA, SIH?

"Oh, Bell? Wah, lebih awal dari dugaanku, tapi yah ... Silakan masuk!" sambut seseorang segera meredakan kekesalanku. Kevin dengan buku terbuka di sebelah tangannya, sementara tangan yang lain membenahi posisi kaca mata, terlihat canggung tapi bukan berarti tidak ganteng.

Kevin mengenakan kaca mata ... aura geniusnya malah semakin kentara. Kaca mata yang identik dengan citra kutu buku benar-benar klop dengan penampilannya!

Entah dia memang rabun betulan atau tidak, tapi aku tak akan setuju kalau Kevin juga tampil seperti ini di sekolah! Bisa-bisa Vivi juga naksir sama dia!

"Bella? Dari tadi kamu denger aku ngomong, 'kan?" tanyanya, tanpa kusadari sudah membawaku masuk ke ruangan berisi sekian anak-anak.

"Adik kamu lagi ulang tahun?" tebakku, tapi Kevin hanya tertawa kecil, menyangkal bahwa dia punya adik kecil.

Sesaat kemudian kusadari tak ada satu pun balon atau hiasan khas ulang tahun. Yang ada malah meja-meja kecil di atas karpet tempat anak-anak itu duduk, serta papan tulis di belakang punggungku. Akhirnya baru kumengerti ... termasuk sebutan Mas Guru oleh si bocah tadi.

"Kamu ngajar bimbel anak SD ya?" ujarku sambil menyingkir dari depan papan.

"Iya, Bell! Mau ngajar anak kuliahan juga belum bisa!" jawabnya. Dih, tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti bakal betul-betul bisa.

Expert MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang