9. Sebuah Kunjungan

3.1K 650 35
                                    

Evan berjalan pelan di lobi rumah sakit ketika sebuah telepon masuk ke ponselnya.

"Halo, Van?" Irina menyapa melalui telepon.

"Ya, ma."

"Sudah ketemu nenek?" tanya Irina.

"Sudah, ini mau balik dari rumah sakit," jawab Evan.

"Gimana keadaan nenek?" tanya Irina lagi. "Dia dari tadi nggak mau makan."

"Udah baikan. Udah aku paksa makan juga."

Irina tersenyum kecil.

Evan memang merupakan cucu kesayangan neneknya. Apalagi jika sudah sakit seperti ini, bisa nggak mau makan atau minum obat jika tidak ada Evan.

"Maaf, ya, tadi mama masih sibuk jadi nggak bisa ke sana," ucap Irina. Meskipun bekerja di tempat yang sama, namun pekerjaannya sebagai dokter anak memang menyita banyak waktunya.

"Iya," jawab Evan singkat. "Aku balik dulu." Evan langsung memutus ponselnya.

"Kamu... teman Jasmine yang ada di UKS itu, kan?" tanya seseorang yang tiba-tiba berdiri di hadapannya. Andita, yang sempat ia temui di depan UKS beberapa hari lalu.

Evan terdiam sejenak. Apakah dia bisa dikatakan teman dari Jasmine?

"Iya, te," jawabnya akhirnya.

"Wah, kebetulan sekali," jawab Andita hangat. "Lagi apa di rumah sakit?"

"Jenguk nenek, te. Sakit diabetesnya kambuh," jawab Evan.

"Cepat sembuh untuk nenek kamu, ya," ujar Andita.

"Makasih, te," Evan mengangguk sopan.

"Oh iya, siapa nama kamu?" tanya Andita.

"Evan."

"Makasih banyak ya, Evan, sudah mau bantu Jasmine waktu itu," ujar Andita.

"Sama-sama, te," jawab Evan ramah. Dalam hati ia berpikir, seandainya Andita tahu jika dirinyalah yang memaksa Jasmine ikut menyapu lapangan sampai pingsan, maka Andita pasti tidak akan bilang makasih sekarang.

"Eh iya, Van," ragu-ragu Andita memanggil.

"Iya?"

"Jasmine sedang dirawat di sini," ucap Andita masih dalam keraguan.

Apa? Evan terdiam sejenak. Apa Jasmine sakit parah? Apakah ada hubungannya dengan kejadian pingsan Jasmine beberapa hari yang lalu?

Tetapi jika Evan mengingat Jasmine yang begitu manja dan seenaknya sendiri, bisa jadi hanya karena terserang flu saja gadis itu langsung minta untuk dibawa ke rumah sakit. Plus ruangan VIP.

"Dia... sakit apa?" tanya Evan akhirnya.

Seulas senyum tersungging di bibir Andita, namun jelas terlihat bahwa wanita yang sedang berdiri di hadapannya ini sedang setengah mati mencoba menekan kesedihannya. "Mau ikut tante buat jenguk Jasmine?"

Evan menimang sebentar. Tak ada salahnya juga ia 'menjenguk' Jasmine barang sebentar. Toh, dirinya juga sedang tidak sibuk. Ditambah lagi, paling begitu masuk nanti Jasmine akan langsung memaki dan menyuruhnya untuk keluar.

"Boleh, te," jawab Evan akhirnya.

Andita tersenyum kemudian berjalan mendahuluinya sambil bercerita santai.

Sambil mendengarkan dan sesekali menjawab cerita dari Andita, Evan memperhatikan bahwa ibu Jasmine ini terlihat begitu menyenangkan. Sangat kontras dengan sikap Jasmine yang dingin dan angkuh itu. Ia memang tahu bahwa Andita adalah ibu tiri Jasmine, tetapi ayolah, bagaimana bisa Jasmine bersikap sedingin itu pada orang sebaik Andita?

Melodi untuk Jasmine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang