13. Toko Musik

2.8K 575 28
                                    

Mereka berdiri di depan sebuah toko musik, yang uniknya menjual alat-alat musik kuno. Toko tersebut terlihat jelas bagian dalamnya dengan rolling door kuno yang terbuka lebar. Kesan vintage langsung terasa begitu Evan memandangnya.

"Di sini?" tanya Evan memastikan. Ia sedikit mengerutkan dahinya.

Jasmine mengangguk yakin. "Yuk," ajak Jasmine. Gadis itu lebih dulu melangkahkan kakinya memasuki toko musik tersebut.

Evan pun mengikuti dengan ragu. Begitu masuk, ia melihat Jasmine telah asyik berkutat dengan setiap barang yang dijual di toko tersebut.

"Lo pernah dengar lagu pakai vinyl?" tanya Jasmine. Ia sedang melihat kumpulan piringan hitam atau kaset vinyl.

Evan menggeleng pelan.

Jasmine tersenyum tipis. "Lo harus coba sesekali. Gue suka dengerin musik-musik lewat vinyl ini. It sounds different," jelas Jasmine.

Evan mengangguk pelan.

Jasmine kembali larut dalam vinyl-vinyl tersebut.

"Lo sering ke sini, Jess?" tanya Evan.

Jasmine mengangguk. "Biasanya gue pasti beli sesuatu kalau ke sini. Entah itu vinyl, entah itu alat musik, atau bahkan pajangan poster musik. Pasti ada aja yang menarik perhatian gue." Jasmine tertawa kecil. "Lucunya, setiap kali gue beli sesuatu dari sini, gue merasa jauh lebih tenang. Entah kenapa."

Evan kembali mengangguk pelan. Ia kemudian mengedarkan pandangannya ke dalam toko musik itu. Ada sebuah kipas angin tua yang berputar pelan, yang entah mengapa berhasil memberikan hawa sejuk di ruangan ini. Lantainya pun hanya terbuat dari ubin abu-abu tua khas rumah-rumah tua. Begitu pula dengan dinding yang warna putihnya telah berubah menjadi abu-abu. Sebuah lampu gantung tua menerangi ruangan ini, memberikan cahaya remang yang entah mengapa terasa begitu nyaman.

Jasmine sudah beralih ke area lain dari toko. Ia menatap biola tua di hadapannya. Biola ini berhasil menarik perhatiannya.

"Lo bisa main biola?" tanya Evan yang tiba-tiba telah berdiri memperhatikan Jasmine.

"Sedikit," jawab Jasmine.

"Kalau gitu lo bisa main satu lagu nggak? Gue mau dengar."

"Apa itu bisa bikin lo lebih tenang?" tanya Jasmine.

"Mungkin," jawab Evan sambil mengangkat bahunya.

Jasmine tersenyum tipis. Ia mengambil biola itu, lalu duduk di salah satu kursi kayu tua yang ada di dekat rolling door.

Evan pun ikut menarik salah satu kursi kayu di sisi lain toko ke arah Jasmine, lalu meletakkannya beberapa meter di hadapan Jasmine. Ia resmi menjadi satu-satunya penonton Jasmine.

"Sudah siap?" tanya Jasmine.

Evan mengangguk.

Jasmine meletakkan biola di pundaknya kemudian menggesek senar-senar biola itu perlahan. Dan saat itulah, melodi demi melodi keluar dari biola tua tersebut. Alunannya yang lembut dengan cepat menguasai suasana di toko musik ini. Jasmine memainkan biolanya dengan penuh perasaan.

When You Believe. Itulah lagu yang Jasmine bawakan.

Evan menikmati setiap melodi yang dimainkan oleh Jasmine. Ia tak henti-hentinya menatap kagum gadis di hadapannya ini. Dingin boleh jadi, namun ternyata ada banyak hal yang tak diketahui siapapun mengenai Jasmine. Dan Evan begitu senang bisa menjadi salah satu dari segelintir orang yang bisa mengenal Jasmine sejauh ini.

Melodi untuk Jasmine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang