Keesokan sore, Evan dan Jasmine kembali bercengkrama di rumah kaca. Sepertinya rumah kaca itu telah sukses menjadi tempat kencan baru bagi mereka. Iya, rumah kaca itu telah menjadi tempat favorit bagi Evan juga.
Banyak percakapan tertuang di sana. Banyak tawa dan cerita yang telah mereka bagikan. Rumah kaca serta bunga di dalamnya itu seolah telah menjadi saksi cinta mereka berdua.
Di kejauhan, Andita dan Oma melihat sepasang insan ini penuh haru.
"Jasmine sudah banyak berubah," ucap Oma. "Dia sudah bukan lagi gunung es di tengah laut."
Andita mengangguk setuju. "Seandainya kondisi Jasmine bisa kembali membaik, kisah mereka pasti berakhir bahagia, kan?" ucapnya getir.
"Langit telah merencanakan semuanya matang-matang, Dit. Setiap pertemuan, setiap perpisahan, dan setiap perasaan yang terlibat di dalamnya. Semua itu ia siapkan untuk yang terbaik, mau sesakit apapun kenyataannya," ujar Oma sembari tatapannya menerawang kejauhan. Ia tiba-tiba kembali teringat pada anaknya, Rossa.
"Jess, aku hari ini mau ajak kamu ke suatu tempat," ucapnya ketika telah mengantar Jasmine kembali ke teras belakang.
"Kemana?" tanya gadis itu.
"Bukit favorit kamu," jawab Evan.
"Serius?" Mata Jasmine membulat. Ada binar yang bersinar di matanya.
"Kapan aku pernah nggak serius sama kamu, Jess?" jawab Evan.
Jasmine tersenyum kecil. Pertanyaan Evan barusan memang benar, kan? "Aku siap-siap dulu, ya," jawab Jasmine.
"Siap, princess," jawab Evan
***
Jasmine telah selesai bersiap. Ia mengenakan celana panjang hitam dengan sweater tebal berwarna cream untuk menutupi tubuhnya dari terpaan dingin angin malam.
"Ehem," dehamnya untuk memanggil Evan yang berdiri membelakanginya di ruang tamu.
Evan tersenyum. "Cantik," pujinya.
Jasmine tersenyum kecil. Cantik apanya? Orang dia cuma pakai pakaian sederhana seperti ini. Tak ber-makeup pula.
"Yuk," ajak Evan sambil mendorong kursi roda Jasmine dan mengangkatnya naik ke dalam mobil.
Perjalanan menuju bukit tidak begitu lama. Tak sampai setengah jam, mereka telah sampai di sana, tepat ketika matahari sampai di peristirahatannya di Barat. Langit malam menemani sisa perjalanan mereka.
Jasmine menatap perjalanan menuju bukit favortinya itu. Ada sesuatu yang berbeda dengan pemandangan di bukit ini. Iya, bukit ini telah 'disulap' oleh Evan menjadi 100x lebih indah.
Lampu-lampu lentera berwarna kekuningan tergantung di pepohonan. Di sepanjang jalan setapak juga terdapat lampu kecil di sisi kanan dan kiri dengan bunga mawar merah yang serasi, membentuk jalur menuju bangku bukit yang pernah mereka duduki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melodi untuk Jasmine [END]
Novela Juvenil"Satu-satunya perempuan yang bisa membuat aku sempurna cuma kamu, Jess. Nggak ada perempuan lain yang lebih hebat dari kamu." -Evan- -- Bagi Jasmine, gadis cantik yang dingin dan angkuh, hidupnya hanyalah sebuah sepi berkepanjangan. Ia menginginkan...