14. Mimpi yang Hilang

2.7K 547 43
                                    

Sepertinya, langit memang suka mempermainkan perasaan setiap insan di dunia ini. Sepertinya, langit memang memegang banyak rahasia-rahasianya. Sama seperti Evan, yang dipatahkan akan mimpinya, yang dihancurkan impiannya. Dan bertahun-tahun kemudian, ketika ia mulai menyerah dengan dirinya sendiri, seseorang hadir untuk menyatukan kembali asa yang padam.

Jasmine, nama itu terus terngiang dalam benak Evan. Bagaimana bisa seseorang yang sama sekali tak ia inginkan selama ini malah menjadi seseorang yang menyadarkan kembali akan mimpi-mimpinya? Akan dirinya sendiri yang telah lama hilang?

Evan duduk di balkon kamarnya, membiarkan angin malam menerpa tubuhnya yang masih berseragam sekolah.

Hari ini seharusnya menjadi hari yang berat baginya. Bertemu Nana, membuka kembali luka di masa lalu, membuat ia kembali merasa bersalah. Namun entah bagaimana, kehadiran Jasmine malah membuatnya merasa semakin tenang. Membuatnya merasa semuanya akan baik-baik saja.

Ditatapnya langit malam yang gelap sejauh matanya memandang. Perlahan di langit itu, ia melihat bayangan Jasmine memainkan biolanya. Begitu anggun, begitu memikat. Tak mampu sedikit pun ia memalingkan tatapannya dari Jasmine.

"Cantik," bisik Evan.

Mulai malam ini, Evan telah mematrikan sebuah kalimat. Jasmine adalah orang yang spesial baginya.

***

"Lo kemarin pergi sama Jasmine," tanya Gary begitu membuka kamar Evan.

"Ha?" Evan menguap di balik selimutnya. Ia menoleh ke arah jam dinding.

Pukul 05.30.

Mengapa pula Gary datang sepagi ini?

"Kemarin lo ngunjungi Nana sama Jasmine?" ucap Gary memperjelas pertanyaannya.

Evan menegakkan posisi tubuhnya.

"Jawab, oi," protes Gary.

"Nyokap gue nggak ngusir lo?" balas Evan acuh.

"Nggak," jawab Gary. "Jadi lo beneran pergi sama Jasmine kemarin?" Gary mengulangi pertanyaannya.

" Lo tahu darimana?" tanya Evan.

"Wah, parah," protes Gary lagi.

"Apanya?" tanya Evan tak peduli.

"Lo nggak cerita-cerita kalau dekat sama Jasmine," jawab Gary.

Evan menghela napasnya panjang. "Lo ntar berangkat sama gue aja. Sopir lo suruh balik langsung," pinta Evan tanpa menghiraukan rentetan protes Gary.

"Oke," sahut Gary cepat lalu segera berbalik keluar kamar.

Evan hanya menggeleng lemah. Satu hal yang menjadi pertanyaannya, Gary tahu darimana? Apa dia lihat di sekolah? Tetapi yang jelas, sekarang ia bingung harus menceritakan apa pada Gary. Ia segera mandi dan bersiap. Mungkin dengan mandi ia bisa mendapatkan inspirasi cerita karangan? Beberapa orang bilang kamar mandi pusat inspirasi, kan?

***

Gary asyik berbincang dengan Irina di meja makan, ditemani Juna yang baru saja selesai jogging.

"Evan," panggil Irina.

"Iya, ma," sahut Evan sambil duduk di sebelah Gary.

"Tumben pagi-pagi sudah bangun?" tanya Irina sambil menyajikan nasi goreng buatannya di hadapan Evan.

"Diganggu Gary, ma," jawab Evan. Disendoknya nasi goreng itu ke dalam mulutnya.

"Kata Gary kemarin kamu habis jalan sama cewek, ya?" tanya Irina.

Melodi untuk Jasmine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang