1. Kenalkan, Jasmine

8.3K 1.1K 299
                                    

"Non, non Jasmine bangun! Sudah kesiangan ini, non!" ucap Bi Samih sambil mengguncang-guncangkan tubuh Jasmine.

Jasmine membuka matanya yang langsung ia picingkan karena silaunya cahaya matahari yang masuk dari tirai. Mengapa pula Bi Samih harus membuka gorden kamarnya bahkan sebelum ia terbangun? Jasmine melirik ke arah jam yang terletak di meja sampingnya.

"HAH!? Jam setengah tujuh!? Bi Samih kenapa nggak bangunin aku dari tadi, sih!?" semprot Jasmine yang langsung terlonjak duduk dan bangkit dari tempat tidur nyamannya itu. Ia segera bergegas ke kamar mandi dan dalam hitungan detik ia telah kembali dengan pakaian seragam lengkap.

Bi Samih hanya melongo melihat aksi mandi super kilat itu. Ia bahkan belum sempat berkilah atas tuduhan Jasmine barusan. "Non, mandi, non! Jangan cuma ganti baju aja!" suruh Bi Samih.

"Iya, ini sudah mandi, Bi!" kilah Jasmine "Lagian mana sempat mandi-mandi cantik, sih?" Ia masih sibuk menggerutu sambil menyiapkan keperluan sekolahnya hari ini. Mana dia belum menyiapkan buku-buku pelajaran buat hari ini pula! Entah harus keberapa kalinya ia terlambat datang ke sekolah.

"Ya sudah, non. Sarapannya sudah Bibi siapin di bawah," ucap Bi Samih sambil berjalan meninggalkan kamar Jasmine.

Gerakan Jasmine terhenti sejenak. "Papa juga sudah ada di bawah?" tanya Jasmine.

"Sudah, non. Papa non sudah nunggu non dari jam enam tadi," jawab Bi Samih.

Jasmine terlihat seperti menimang sebentar. "Kalau gitu sarapannya aku bawa aja, Bi." pintanya terburu-buru pergi sambil memanggul tasnya, yang entah diisi apa karena terlihat begitu ringan.

Bi Samih hanya geleng-geleng melihat ulah Jasmine. Ini bukan kali pertamanya Jasmine bersikap seperti ini, melainkan sering. Setiap hari malah.

Sifat Jasmine boleh dibilang tidak manja, ia bisa melakukan banyak hal sendiri, bahkan sering menolak bantuan dari para asisten rumah tangga. Namun yang ditakutkan dari Jasmine adalah sifat dingin dan angkuhnya pada orang lain. Satu hujaman tatapan dari dia, mampu membuat seseorang mundur selangkah. Satu ucapan darinya, mampu membuat seseorang kabur seketika.

Jika bukan karena rasa sayangnya kepada anak itu, mungkin sudah sejak dulu ia meninggalkan keluarga ini, seperti asisten rumah tangga lain yang hanya betah melayani paling lama dua minggu. Namun ini adalah Jasmine. Gadis yang telah dibesarkannya sejak kecil. Gadis yang ia tahu bahwa sifat itu bukanlah sifat aslinya, melainkan hanya topeng yang dipakainya untuk menutupi kesedihan dan kekecewaannya.

Bi Samih kemudian bergegas meninggalkan kamar dan menyiapkan sarapan untuk dibawa oleh Jasmine. Ia harus memastikan Jasmine mendapatkan gizi yang cukup.

"Ini, non," Bi Samih berjalan tergopoh-gopoh memberikan sekotak nasi beserta lauk pauknya.

Jasmine menatap kotak setengah transparan itu sekilas. "Seafood? " Jasmine mengangkat sebelah alisnya. "Aku nggak suka seafood, rasanya kayak sampah," lanjutnya datar.

"Eh? Ma-maaf, non. Bibi pinggirkan seafood-nya," jawab Bi Samih sambil tergopoh-gopoh mengambil kembali kotak makan yang diberikannya kepada Jasmine.

"Nggak usah!" sahut Jasmine dingin sambil menarik kasar kotak makan itu. Ia langsung berlalu ke mobil.

Pak Rusdi, sopir keluarga yang dipasrahkan untuk mengantar-jemput Jasmine ke sekolah, membukakan pintu mobil untuk Jasmine.

Tanpa tersenyum, apalagi menyapa, Jasmine langsung masuk ke dalam mobil.

Pak Rusdi lalu segera menutup pintu dan masuk ke kursi kemudi. "Jalan sekarang, non?" tanyanya cari mati.

Melodi untuk Jasmine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang