27. Bunga yang Bahagia

2K 436 61
                                    

Evan kembali mengunjungi Jasmine. Ini sudah hari ketujuh sejak Jasmine dirawat. Tak absen sehari pun ia dari jadwal itu, selalu setia mewarnai hari-hari Jasmine seperti yang telah Jasmine lakukan kepadanya.

Ia membuka pelan pintu kamar Jasmine. Tak ada siapapun selain Jasmine.

Gadis itu sedang duduk diam di kasurnya, menyandarkan tubuhnya di tumpukan bantal. Tatapannya nanar, matanya sembab.

"Ada apa?" tanya Evan begitu menyadari raut muka wajah Jasmine.

"Bunga meninggal," jawab Jasmine pelan.

Evan hening sejenak sebelum ia mampu memberikan reaksi pada kalimat yang baru saja Jasmine ucapkan itu.

Jasmine pun ikut diam. Ia terlalu larut pada pikirannya yang kalut saat ini.

"Jess, are you akay?" tanya Evan.

Jasmine menggeleng pelan. Selaput bening yang menutupi matanya perlahan menetes.

Perlahan Evan menarik Jasmine dalam dekapannya. "Ssh... ssh," bisiknya. "Bunga sudah sembuh, Jess. Dia nggak akan lagi merasakan sakit."

"Dia hanya seorang anak kecil yang begitu ceria yang mencoba untuk bertahan hidup, Van," ucap Jasmine disela tangisnya yang semakin kencang. "Dia anak yang baik, nggak seharusnya mengalami hal seperti itu."

Evan tak menjawab, ia hanya terus mendekap Jasmine agar gadis itu merasa lebih tenang.

"Apa dia sudah bahagia sekarang?" tanya Jasmine setelah tangisnya mereda.

"Pasti," jawab Evan.

"Apa dia akan bertemu mama?" tanya Jasmine lagi. "Mama pasti senang punya teman baru."

"Mungkin," jawab Evan lagi.

"Aku mau ketemu mama," ujar Jasmine.

Evan mengendurkan dekapannya sejenak. "Nggak sekarang, Jess. Nggak dalam waktu dekat ini," ucap Evan. Ditatapnya lekat-lekat manik mata gadis dihadapannya ini.

Jasmine melanjutkan tangisnya pada pelukan Evan. Bunga, seorang anak yang dengan segala kepolosannya, mampu membuat Jasmine bangkit dan kembali memperjuangkan hidupnya. Kini, anak itu telah pergi. Anak itu telah memutuskan untuk menyerah dari segala penyakit yang menggerogotinya selama ini.

***

Evan melangkah keluar kamar Jasmine, mencari udara segar.

Jasmine baru saja terlelap, dalam tangisnya atas kepergian Bunga.

Evan benar-benar tak menyangka bahwa Bunga, anak yang baru dikenalnya beberapa hari lalu, telah pergi. Terlalu cepat rasanya waktu ini berlalu. Dan kepergian Bunga membawa ketakutan itu kembali kepadanya.

Di ujung koridor, Evan melihat ibunya, Irina, sedang duduk termenung sendiri. Raut wajahnya muram.

"Ma," panggil Evan.

Irina menoleh. "Oh, hai, Van." Diusapnya wajahnya yang terasa dingin.

Evan duduk di sisi Irina.

"Kamu sudah dengar tentang Bunga?" tanya ibunya.

Evan mengangguk. "Dia meninggal."

"Iya. Pagi ini," jelas ibunya.

"Apa itu yang membuat mama harus berangkat lagi ke rumah sakit tadi malam?" tanya Evan.

Ibunya mengangguk. "Kondisinya drop sejak semalam. Mama, dokter, dan perawat lainnya sudah berusaha semaksimal mungkin, namun ternyata takdir berkata lain. Bunga pergi. Penyakit itu akhirnya berhasil mengalahkannya."

Melodi untuk Jasmine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang