25. malam bulan purnama.

490 121 12
                                    

flashback


Minju beberapa kali menatap ponselnya, mengamati foto keluarga mereka yang sekarang.

Senyuman kecut terukir di wajah cantik itu, matanya mulai berkaca-kaca.

Entah mengapa akhir-akhir ini dia begitu emosional dan merasa sangat gelisah.

Gadis itu bangkit dari atas ranjang, meraih sebuah perekam suara yang selalu ia bawa. Perekam suara pemberian ibunya.

Minju keluar dari kamar dan berjalan menjauh dari sana, langkah kaki gadis itu berhenti sesaat dan menoleh ke belakang untuk menatap kamar si saudari tiri.

Apa dia perlu pamit pada Chaewon?

Sekali lagi gadis itu tersenyum kecut, tentu saja itu tidak perlu.

Chaewon hanya akan memaki dirinya seperti biasa. Minju tidak ingin hal itu terjadi, meski saudari tirinya membenci Minju.. Dia tidak pernah membalas rasa benci itu.

Minju tahu betapa menderitanya Chaewon setelah kehadirannya dan sang Ibu di keluarga mereka.

Gadis itu memutuskan untuk segera turun menuju pintu utama.

Sepertinya dia tidak perlu pamit kepada siapapun. Lagi pula ini hanya sebentar saja.

Pergi ke sekolah, menemui si pengirim surat, berbicara dengannya, berbaikan, dan kembali ke rumah.

Itu adalah harapan Minju, tetapi pikirannya seolah menentang harapan tersebut.


***


Gedung sekolah terasa begitu sepi, Minju memeluk dirinya sendiri karena merasa kedinginan.

Helaan nafas terdengar begitu Minju memasuki sekolah.

Benar-benar sepi.

Ini adalah pertama kali baginya pergi ke sekolah di malam hari, sendirian pula.

Menatap ke segala arah, Minju kebingungan karena tidak tahu mereka harus bertemu dimana dengan si pengirim surat.

"Yo! Minju."

Panggilan yang terdengar begitu ramah namun terasa menakutkan membuat Minju mematung di tempatnya berdiri sekarang.

Perlahan tapi pasti Minju berbalik untuk melihat sosok yang baru saja memanggil dirinya.

Kening gadis itu nampak berkerut, "Kak Yiren? Kenapa ada di sini?"

Sempat terbesit perasaan senang karena rasa bahaya yang sejak tadi ia rasakan menghilang. Senyuman yang begitu tulus terlihat tapi terasa memuakkan bagi Yiren yang melihat hal itu.

Keheningan terjadi, Yiren tidak berniat untuk memberitahu secara jelas. Membiarkan Minju berpikir sesukanya dan mengambil keputusan terbaik bagi gadis itu.

"K-kak?" panggilan dengan keraguan itu membuat Yiren mendecih.

Kerutan di kening Minju semakin terlihat.

Gadis yang menganggap Minju sebagai rivalnya itu berlari menjauh.

"Eh?" Minju yang kebingungan segera menyusul Yiren, tanpa menyadari bahwa itu adalah jebakan.


***


Yuri menguap, merasa begitu mengantuk namun tugasnya belum selesai.

Bahkan Chaeryeong yang duduk di sebelahnya sudah tertidur sejak beberapa menit yang lalu.

Seharusnya mereka meminjam buku dari perpustakaan ini dan mengerjakan tugas di rumah Yuri atau rumah Chaeryeong.

Intruder School | IZ*ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang