41. Aku sih, yes!

78 18 162
                                    

Sepesial update di hari lebaran 🎉

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1442 H bagi yang merayakan 🎉
Minal Aidzin Wal Faidzin
Mohon maaf lahir dan batin 🙏😊
Semoga di hari yang Fitri ini kita diberi keberkahan, Amin🤗

Happy Reading.

-----

8 bulan kemudian.

Hari terus berganti, detik waktu pun terus berputar. Tak terasa, ujian akhir pun tiba. Itu artinya, setahun sudah Hauraa menimba ilmu di pesantren Nurul Huda ini. Dan setahun pula ia hidup satu atap bersama ke tiga temannya itu. Upsss, ralat! Sahabat lebih tepatnya.

Saat ini, mereka tengah muthola'ah bersama di kamar asrama masing-masing. Tentu untuk persiapan ujian besok.

"Jika akhirnya kita tak hidup satu atap. Setidaknya kita pernah satu kamar." Sontak saja Hauraa, Aisha dan Ayra menoleh ke arah Sella. Kalimat macam apa itu?

"Kau gila, ya?" Aisha menatap horor ke arah Sella. "Meskipun aku tidak ikhlas kala perpisahan menghampiri kita, tetapi aku juga tidak ingin hidup satu atap bersama kalian. Apa kata dunia?"

Aisha bergidik ngeri membayangkan mereka akan hidup satu atap bersama. Duh, bagaimana jadinya? Mereka harus membeli rumah yang 4 kali lebih besar dari rumah-rumah orang pada umumnya. Belum lagi nanti ketika mereka sudah memiliki momongan. Ah, tidak bisa dibayangkan betapa rusuhnya rumah.

"Heh, kalian tidak asik. Aku lagi sedih tau." Sella merengut. Membuat ke tiga gadis itu heran.

"Telat dapat kiriman?" tebak Aisha. Hal itu tentu saja membuat Ayra tertawa, sedangkan Hauraa hanya tersenyum. Ada-ada saja. Sejak kapan Sella yang notebote-nya anak orang kaya itu terlambat mendapat kiriman?

"Enak saja!" Sella tidak terima. Hal itu membuat Aisha mendapat timpukan bantal dari Sella. "Telat dapat kiriman? Lagi ngejek diri sendiri, ya, Mbak?" Sella balik mengejek Aisha.

"Iya deh yang tidak pernah telat." Aisha menyahut lirih, membuat Sella tertawa puas. Niat hati mengejek teman, tetapi tanpa sadar malah menjerumuskan diri sendiri. Oke, Sella menang sekarang.

Aisha tidak menyangkal yang dikatakan Sella, karena itu memang benar adanya. Akan tetapi, tentu saja ia tidak terima akan pengejekan yang Sella ucapkan. Hal itu membuat mereka terus berdebat, dengan sesekali saling lempar bantal.

Ayra yang sedari tadi diam, kini mengalihkan titik pandangnya pada Hauraa. Ia sedikit aneh melihat sahabat satunya ini. Sudah ia perhatikan, belakangan ini Hauraa kerap sekali termenung. Meski Sella kerap berbuat hal kocak yang sesekali mengundang tawa, Hauraa tetap dalam diamnya. Gadis itu seakan tengah memikirkan sesuatu.

Meski bingung dengan kediaman Hauraa yang sudah beberapa bulan terakhir ini, Ayra tetap tidak berniatan untuk menanyakan kepada yang bersangkutan. Namanya juga orang pendiam. Mana bisa ia memulai pembicaraan. Toh, orang pendiam juga identik 'tidak kepo' bukan?

Ah, tidak! Mereka bukan tidak kepo. Hanya saja, mereka enggan untuk bertanya. Seperti Ayra saat ini contohnya. Ia memang diam, tetapi matanya selalu meneliti pergerakan Hauraa. Apa lagi namanya jika bukan kepo?

"Subhanallah! Kau dijodohkan?" seru Ayra seraya menggoncang tubuh Hauraa, membuat Hauraa tersadar dari lamunannya. Hal itu juga tentu mengalihkan perhatian Aisha dan Sella.

"Hah?" Hauraa kaget. "Apa sih! Jangan membuat gosip yang tidak-tidak, Ayra!" Hauraa mencoba mengelak. Sebisa mungkin ia menetralkan kegugupannya.

"Lagi ngehalu dijodohin, ya, Mbak?" Sella terbahak. Membuatnya mendapatkan tatapan tidak terima dari Ayra. Namun, Ayra tak membalas. Ia hanya diam dan kembali menatap Hauraa.

BIRU [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang